“Saya
mengalami kebingungan, kekosongan hidup yang sangat mendalam dan akhirnya saya bertanya:
‘Tuhan itu ada atau tidak? Dalam diri
saya, saya cuma punya tiga kalimat ‘saya mau mati!’” demikian diungkapkan pria bernama Paulus Suryadjaya.
Kekosongan
hidup yang dialami Paulus rupanya muncul karena masalah kesehatan yang dideritanya sejak lahir.
Meski berasal
dari keluarga Kristen yang taat, Paulus masih tetap bertanya-tanya kenapa Tuhan
melahirkan dirinya dengan penyakit langka seperti thalaksemia yaitu kelainan genetik
yang merusak sel darah merah karena kekurangan oksigen dan ditambah dengan penyakit kelebihan zat besi dalam tubuh atau disebut dengan G6PD.
Hampir sepanjang
hidupnya, Paulus harus mendapatkan suntikan rutin dan mengkonsumsi obat-obatan.
Meski rajin melayani, dia tetap saja tak mengalami kesembuhan seperti yang disampaikan oleh sejumlah hamba Tuhan di gerejanya.
Lambat laun,
Paulus pun mulai putus asa. Ditambah dengan bebannya sulit mendapat kerja, keraguannya kepada Tuhan semakin besar.
“Makin lama saya melayani, bertahun-tahun, puluhan tahun bahkan sampai remaja, selesai kuliah saya tidak melihat ada sebuah kata mujizat. Waktu itu saya cari kerja susah setengah mati, sakit saya gak sembuh, mujizat saya gak terima,” terangnya.
Baca Juga:
Sulit Hamil Bikin Natalia Malah Belajar Percaya Sama Janji Tuhan
Sejak Usia 8 Tahun Sudah Jadi Preman, Tapi Sekarang Richard Memilih Tuhan
Keraguannya
akan mujizat Tuhan kini sudah berada di titik puncak. Kekosongan yang dia alami semakin besar ditambah dengan rasa kesepian yang membuatnya merasa gak lagi berguna.
“Saya buka
celah untuk mengijinkan kegelapan menguasai hidup saya. Sehingga hampir setiap
sore, jam 6 sore alam maut memanggil saya untuk ‘Ayo mati! Udah gak ada gunanya kan hidup sakit-sakitan. Gak ada
mujizat, hidup penuh dengan kekosongan. Gak ada yang bisa bantu. Tuhan itu gak ada kan?’
“Itu terus bertahun dalam pikiran saya masuk terus menerus dan saya meresponi akan hal-hal itu,” ucapnya.
Rasa
frustrasi mendorongnya untuk melakukan pencobaan bunuh diri berkali-kali. Mulai
dari lompat dari gedung, menabrakkan diri ke mobil dan bahkan ke rel kereta api. Tapi berkali-kali pula dirinya dihantui ketakutan.
Sebagai orang
percaya, Paulus paham betul saat itu bahwa tindakan bunuh diri adalah hal yang bertentangan
dengan firman Tuhan. Dia mulai mempertimbangkan antara masuk surga atau masuk neraka.
Hingga di
suatu kali, saat dirinya mencoba untuk bunuh diri di jalan, dia tiba-tiba mendengar
suatu suara yang lembut. Saat itu, dia benar-benar menyadari bahwa itu adalah suara Tuhan.
“Dalam
keadaan laju kendaraa yang cukup cepat dan kencang, tiba-tiba saya gak pernah
dengar satu suara yang berkata begitu lembut dalam keadaan depresi, tiba-tiba
ada suara berkata: Paulus, kalau kamu mati saat ini kamu mau kemana?”
“Saya kaget
waktu itu dan langsung saya spontan berkata ‘Ke neraka Tuhan,’ Dan saat itu
saya kaget, saya berhenti dan saya menangis. Dan saya berkata ‘Tuhan Engkau ada.’
Lalu Tuhan berkata, ‘Aku memberikan engkau damai sejahtera, penuh harapan dan bukan
kecelakaan (Yeremia 29: 11)’ Dan mulai saat itu hidup saya mengalami perubahan,” terangnya.
Peristiwa itu
membuat Paulus menyadari bahwa Tuhan benar-benar nyata dalam hidupnya. Dia memahami siapa dirinya dan untuk apa dia dilahirkan ke dunia.
Bersama Tuhan,
dia menaruh segala pengharapannya dan bahkan janji pemulihan dialaminya perlahan-lahan. Apa yang dianggapnya sebagai rongsokan, kini dipakai Tuhan dengan luar biasa.
Paulus pun mengalami
pertemuan pribadi dengan Tuhan. Dan hidupnya dipakai sebagai jawaban bagi banyak orang.
“Waktu saya
ketemu Tuhan. Waktu Tuhan berkata ‘Paulus.’ Memanggil nama saya, paradigma saya
tentang Tuhan berbeda. Saya gak mencari kesembuhan, saya gak mencari harta, saya
gak mencari masa depan, diberkati atau tidak diberkati, disembuhkan atau tidak disembuhkan, saya tetap mencari Tuhan,” pungkasnya.
Paulus pun
memberi dirinya untuk membantu anak-anak pedalaman dengan menyediakan pendidikan
gratis melalui Yayasan Rumah Junior yang didirikannya. Sampai hari ini, dia
sudah membantu ratusan anak untuk mendapatkan pendidikan yang layak dari yayasan
yang dibangunnya itu. Bukankah rancangan Tuhan atas hidup Paulus sungguh indah?
Kalau Paulus
saja yang merasa begitu rusak sanggup Tuhan perbaiki dan bahkan pakai dengan luar
biasa, kenapa kamu tidak? Carilah dahulu kerajaan Tuhan dan kebenaranNya maka semuanya
akan ditambahkan bagimu.
Jika kamu
punya cerita atau pergumulan yang kamu rasa perlu dibagikan kepada semua orang,
jangan ragu untuk menghubungi konseling Sahabat 24 kami dengan menghubungi ke SMS/WA
081703005566 atau telp di 1-500-224 dan 0811 9914 240 bisa juga email ke
[email protected] atau lewat Live Chat
dengan KLIK DISINI.