White Supremacy atau Supremasi
Kulit Putih adalah sebuah ideologi yang menganggap bahwa rasa kulit putih lebih superior dari ras lainnya.
White Supremacy ini banyak
dikaitkan dengan rasisme anti-kulit hitam dan anti-semitisme. Tapi juga banyak digunakan
untuk membenarkan diskriminasi terhadap orang asli Amerika, keturunan China, Irlandia, Asia Tenggara dan sebagainya.
Namun, beberapa tahun belakangan
ini White Supremacy banyak dijadikan sebagai motif berbagai kejahatan. Salah satunya serangan penembakan massal yang dilakukan di berbagai tempat di Amerika.
Paling menyedihkannya, selama 20
tahun terakhir sudah terjadi sebanyak 22 kali penembakan massal dan menewaskan ribuan orang. Kebanyakan dari kasus itu teridentifikasi dengan motif rasisme.
Karena itulah, baru-baru ini banyak
pihak mulai angkat bicara soal masalah White Supremacy. Mereka menilai jika ideologi ini hanya akan merusak persatuan bangsa.
Keprihatinan terkait kasus penembakan
massal ini mendorong Senator Cory Booker menyampaikan pandangannya terkait kekerasan rasis di Amerika.
Booker menyampaikan sikapnya terkait
White Supremacy bahwa kekerasan rasisme selalu menjadi bagian dari kisah Amerika.
Dia menyampaikan sikap ini di Gereja
Episkopal Methodis Emanuel Afrika di Charleston. S. C, yang jadi lokasi insiden penembakan pada Juni 2015 dan menewaskan 9 orang jemaatnya.
“Kami di sini pagi ini setelah ada tindakan
kebencian lain di Amerika. Tapi aku datang ke sini hari ini karena kasih. Jenis kasih yang aku pelajari di gereja terus bertumbuh,” kata Booker.
Dia pun mengecam insiden penembakan di El Paso, Texas dan Dayton, Ohio di akhir pekan lalu.
Baca Juga: Rawan Penembakan Massal, Gimana Sikap Orang Kristen? Ini Penjelasan Max Lucado
Dia menduga penembakan ini terjadi karena
dampak White Supremacy. Hal ini menyebabkan masalah rasisme telah menjangkit di Amerika.
“Kefanatikan ditulis dalam dokumen negara
kita. Penduduk asli Amerika dalam Deklarasi Kemerdekaan kita disebut sebagai ‘orang
buas’ dan dalam Konstitusi kita, orang kulit hitam adalah manusia. Supremasi kulit putih selalu menjadi masalah dalam kisah Amerika,” ucapnya.
Dia pun menyampaikan sebuah pesan dari
Galatia 6: 7. Bahwa kondisi yang dialami Amerika disebabkan oleh kebencian yang ditabur kepada banyak orang.
“Waktu rumah ibadahmu dibakar karena
supremasi kulit putih, komunitas ini dibangun kembali di sini di tanah ini,
dengan iman kepada Tuhan…Anda menunjukkan seperti apa iman karena tindakan itu,” katanya.
Meski begitu, belum diketahui pasti bagaimana nasib White Supremacy Amerika.
Gereja Bersatu Bantu Korban Penembakan
Sementara dari lokasi kejadian penembakan, pihak gereja saling bekerja sama untuk membantu korban dan keluarga korban.
Pendeta Amy Wilson Feltz, Pendeta
Gereja Persatuan Methodis St Paul di El Paso, menjelaskan bahwa meskipun tak satu jemaatnya jadi korban. Tapi gerejanya tetap turun tangan untuk membantu.
“beberapa anggota gereja benar-benar
mengenal orang-orang yang anggota keluarga dan teman-temannya terbunuh atau
terluka. Gereja kali sekitar satu mil jauhnya dari Walmart lokasi penembakan itu,
jadi kami sangat sadar bahwa tetangga kami menderita, dank am berduka dengan mereka dan ada di sini untuk mendukung mereka,” ucap Feltz.
Di sana anggota jemaatnya telah mendonorkan darah dan menawarkan trauma healing bagi korban.
“Banyak anggota gereja telah memberikan
darah dan mencari cara lain untuk menjangkau dalam kasih dan kebaikan kepada
keluarga korban,” jelasnya.
Apapun motif yang mendorong pelaku untuk
melakukan kejahatan, kiranya hal itu tidak menjadi momok yang terus berlanjut. Selain
itu, pemerintah juga diharapkan bisa menawarkan solusi yang tepat untuk
mencegah dampak White Supremacy yang semakin meluas.