Sing Hallelujah To The Lord Jadi Salah Satu Lagu Penyemangat Demo Akbar di Hong Kong
Sumber: Google

Internasional / 18 June 2019

Kalangan Sendiri

Sing Hallelujah To The Lord Jadi Salah Satu Lagu Penyemangat Demo Akbar di Hong Kong

Puji Astuti Official Writer
4045

Sekitar 2 juta orang turun ke jalan di Hong Kong melakukan demonstrasi memprotes adanya Undang-Undang Ekstradisi yang akan diberlakukan, termasuk diantaranya adalah umat Kristen. Lagu berjudul “Sing Hallelujah To The Lord” karya Linda Stassen-Benjamin yang dirilis pada tahun 1974 pun berkumandang dan menjadi salah satu lagu penyemangat bagi mereka dalam menyuarakan pendapat. 

Para demonstran menghadapi tindakan brutal dari polisi, dan bahkan menggunakan lagu tersebut untuk mengancam polisi. Beberapa membuat tulisan, “Stop Using Baton Or We Sing Hallelujah To The Lord.” (Berhenti gunakan tongkat atau kami akan nyanyikan Sing Hallelujah To The Lord-red). Rupanya polisi tidak suka dengan lagu itu.

Video klip para demonstran yang menyanyikan lagu ini bertebaran di postingan Twitter dan sosial media lainnya. 

Sekitar 2 juta orang turun ke jalan di Hong Kong, hal ini menjadi demonstrasi terbesar yang pernah ada di kota tersebut. Masyarakat takut jika undang-undang ekstradisi diberlakukan oleh pemerintah China, maka masyarakat Hong Kong yang dicurigai sebagai criminal akan dengan mudah dibawa ke China daratan.  Selain itu mereka juga menuntut agar Chief Executive Hong Kong Carrie Lam mengundurkan diri. 

Mengapa demonstrasi ini penting bagi umat Kristen di Hong Kong?

Bagi orang Kristen di Hong Kong, protes ini adalah pertempuran antara Kekristenan dan Komunisme. Mereka memperjuangkan kebebasan yang dijanjikan Inggris saat mengembalikan kendali atas Hong Kong kepada China pada tahun 1997.

Pada tahun 1997 itu, ada kesepakatan yang diberi nama “Satu Negara, Dua Sistem” yang akan menjadi dasar pemerintahan di Hong Kong dan pemerintah China dalam 50 tahun ke depannya. Sistem yang dipertahankan adalah warisan dari Inggris, yaitu kebebasan berpendapat, kebebasan beragama, dan pemilihan umum. 

Dengan adanya system ini, maka Hong Kong adalah wilayah yang paling demokrasi dari seluruh China. Tapi belum sampai 20 tahun, pemerintah China mulai menekan kebebasan di Hong Kong dengan melakukan “penyaringan awal” kandidat pada pemilihan di 2014. Inilah yang memicu demonstrasi “Gerakan Payung” pada tahun 2014, termasuk protes selama 9 hari atas tindakan Beijing yang melanggar perjanjian. 

Mengapa demonstrasi ini dikatakan sebagai perang antara Kekristenan dan Komunis China?

Karena setidaknya tiga orang penggagas Gerakan Payung adalah anak-anak muda Kristen, termasuk yang menjadi juru bicaranya yaitu Joshua Wong. Bahkan kehadiran orang Kristen sangat nyata dalam protes tersebut, dengan munculnya kelompok-kelompok doa, ada yang membawa salib, bahkan ada yang melakukan pembacaan Alkitab saat demo di jalan. 

Gereja bahkan secara diam-diam menawarkan makanan dan juga tempat perlindungan bagi para demonstran.

Menurut Wall Street Journal, salah satu yang menjadi perhatian pemerintah China daratan adalah adanya pendeta-pendeta dari gereja yang berbasis di Hong Kong yang membantu penginjilan di China dan hal ini berkembang dengan pesat. Beberapa tahun terakhir ini, pemerintah China sudah menyatakan perang terhadap Kekristenan di China daratan. 

Masyarakat Hong Kong tidak percaya dengan alasan pemerintah China yang menyatakan bahwa aturan baru ekstradisi adalah untuk “memastikan bahwa (Hong Kong) tidak menjadi tempat pelarian bagi para buron dan memastikan perlindungan hukum dan hak asasi manusia akan tetap ditegakkan.” Bagi komunitas Kristen, hal ini adalah salah satu cara pemerintah China untuk menekan pengaruh Kekristenan. 

Berita terakhir menyatakan bahwa Chief Executive Hong Kong Carrie Lam menyatakan akan menunda pelaksanaan UU Ekstradisi itu. Namun dirinya tidak bersedia mengundurkan diri. Dia menyatakan bahwa penundaan ini akan berlangsung hingga mereka mendengarkan seluruh opini mengenai dampak UU Ekstradisi itu jika diterapkan. 

Mari kita berdoa untuk Hong Kong dan China, agar umat Kristen di sana tetap kuat dan berjuang dalam pemberitaan Injil. 

Baca juga :

Remaja Kristen Hong Kong Ini Dihukum 5 Tahun Karena Kritik Pemerintah

Umat Kristen Hong Kong Tolak Diskriminasi Agama di Tiongkok

Sumber : Berbagai sumber
Halaman :
1

Ikuti Kami