"Akan
tetapi malaikat itu berkata kepada perempuan-perempuan itu: "Janganlah
kamu takut; sebab aku tahu kamu mencari Yesus yang disalibkan itu. Ia tidak ada
di sini, sebab Ia telah bangkit, sama seperti yang telah dikatakan-Nya. Mari,
lihatlah tempat Ia berbaring. Dan segeralah pergi dan katakanlah kepada
murid-murid-Nya bahwa Ia telah bangkit dari antara orang mati. Ia mendahului
kamu ke Galilea; di sana kamu akan melihat Dia. Sesungguhnya aku telah
mengatakannya kepadamu." Mereka segera pergi dari kubur itu, dengan takut
dan dengan sukacita yang besar dan berlari cepat-cepat untuk memberitahukannya kepada murid-murid Yesus."- Matius 28:5-8.
Dan begitulah dimulainya...
Dari sejak saat itu, terdengarlah sejarah dimana Kristus sudah
menghancurkan kutuk dari seluruh umat manusia, dan wanitalah yang ditugaskan
untuk membagikan kabar baik ini, untuk pertama sekali. "Segeralah pergi
dan katakanlah kepada murid-muridNya..." begitu kata malaikat kepada mereka.
Menurutku, ketika malaikat berkata demikian, maka ada rasa
tanggung jawab yang begitu kudus mereka rasakan. Dan untuk pertama kalinya,
Yesus mengampuni perempuan dan mempercayakan mereka untuk melakukan pelayananNya.
Bukankah ini adalah hak yang istimewa dan luar biasa?
Wanita mengalami sebuah kebebasan yang sejati di dalam
hadiratNya, Allah memberi isyarat kepada separuh ciptaannya, yaitu wanita dan mengirim mereka ke dunia untuk bersaksi. Bukankah itu keren.
Terlepas dari apa pun respon kita mengenai wanita yang
mengajar diatas mimbar, ada banyak dari kita yang mungkin setuju bahwa wanita
dan pria wajib berbagi tanggung jawab melayani dalam menyebarkan injil, karena
Yesus sendiri pun pergi dan mempelengkapi 70 muridNya. Nggak cuma 12 murid saja loh, bahka dari 70 itu, ada banyak perempuan yang juga Dia perlengkapi.
Sayangnya, semakin kesini, ada banyak hati para wanita yang
mulai melemah karena diperhadapkan dengan kehidupan yang mungkin nggak sesuai dengan harapan, atau mungkin membingungkan.
Apakah itu kamu?
Mungkin kamu merindukan kursi di pelayanan, tetapi kamu pun mengalami pergumulan yang hanya wanitalah yang mengerti.
Jadi, inilah beberapa hal yang harus kita pahami dan mengerti dalam wanita soal pelayanan :
1. Bagi
beberapa diantara kita, pelayanan tampaknya nggak seperti hobi melainkan panggilan hidup
Meskipun tampaknya ada kesepakatan sosial yang terucap bahwa
pria memiliki kepemimpinan dan harus memikul semua beban, pernyataan ini
tampaknya menjadi sebuah pergumulan bagi beberapa wanita yang di dalam hatinya ada sebuah panggilan yang mendalam mengenai sebuah pelayanan.
Dalam hal ini, marilah kita dukung mereka bahkan sampai menikah.
Akuilah setiap ide-ide ambisius dan mimpi mereka. Terimalah
ide mereka dan memperlakukan wanita sebagai anggota tim, baik itu dalam pelayanan gereja , keluarga dan kelompok sel.
Dukunglah mereka, karena wanita yang seperti ini cenderung mau
mengambil resiko, demi panggilan hidup dan hatinya benar-benar digenapi dan dia lalukan, bahkan seumur hidupnya mau mengambil resiko.
2.
Beberapa wanita ingin didukung karena mereka pun rindu bekerja sama dengan para pelayan pria di gereja
Beberapa waktu yang lalu, seorang perempuan curhat kepada saya di akun Instagram saya.
Setelah menjalani pelayanan di gereja sekian tahun, dia
akhirnya memutuskan untuk mundur dari pelayanan bahkan tak lagi pergi beribadah di gereja tersebut.
Ketika saya tanya, dia menjawab dan bercerita bagaimana, dia di ejek secara tidak langsung oleh teman sepelayanannya.
Dia ini memiliki kerinduan hati untuk selalu membantu orang
lain. Mulai dari mengangkat galon, hingga membereskan ranting-ranting ketika melakukan perjalanan misi.
Sayangnya, antusiasnya tersebut diambil alih oleh beberapa
teman sepelayannnya, dan berkata, "Kamu mah lemah, gausah sok angkat galon."
"Nggak usah sok kuat mengangkat meja, atau kursi, nanti sakit lagi kayak kemarin. Sini, aku angkat saja."
Hal itu membuatnya merasa diasingkan karena dianggap lemah oleh temannya. Dia pun beberapa kali di gosipin dan merasa dijahi.
Sejak hari itu, dia tak lagi bergereja dan mengambil pelayanan misi di gereja tersebut karena merasa tak diterima.
Ya, kita memang nggak pernah bisa memaksakan orang lain
berpikir seperti yang kita kehendaki. Lagian setiap orang berbeda, kenapa kita
nggak memberi mereka kesempatan untuk mencoba? Kenapa kita selalu merasa hebat? Bukankah kita harus berbagi pelayanan satu sama lain?
Janganlah kita
menganggap wanita itu lemah. Bukankah seharusnya kita mendukungnya untuk menjangkau lebih lagi dalam kesatuan hati dan kerja tim?
Wanita pun ingin di dukung, bukan malah menggantikan posisi mereka. Wanita ingin hargai dan dihormati.
Apakah kamu wanita yang ingin dimengerti dan dipahami dalam pelayananmu? Atau apakah kamu adala pria yang memiliki belas kasihan untuk wanita dan mendorong mereka untuk mengerjakan panggilan Allah?
Jika demikian, ayolah kita menemukan motivasi untuk saling
merangkul dan mendukung satu sama lain di dalam Kristus, saling menguatkan, dan bertumbuh.
Besi menajamkan besi, teman saling menajamkan sesamanya dan
bersyukurlah bahwa Tuhan nggak membiarkan kita berjalan sendirian dalam
panggilan kita.
"Tuhan, semoga Engkau selalu menemukan kami setia dalam
panggilan kami untuk menyebarkan kabar baikMu dan melakukan itu sengan baik.
Jadikanlah kami utuh di dalamMu. Amin"