Sri Lanka Blokir Facebook Sesaat Setelah Serangkaian Pengeboman Gereja Terjadi!
Naomii Simbolon Official Writer
Rangakaian
pengeboman di hotel dan gereja Sri Lanka menewaskan setidaknya 207 orang dan
melukai lebih dari 400 orang. Ini mendorong pemerintah Sri Lanka untuk
memblokir akses ke media sosial.
Menurut laporan TechCrunch, Sekretaris
Negara, Udaya Seneviratne mengatakan bahwa pemerintah telah memutuskan untuk
memblokir media sosial termasuk Facebook dan Instagram untuk melawan berita
palsu.
Masyarakat Sri Lanka akan bisa kembali menggunakan media
sosial setelah pemerintah selesai melakukan penyelidikan terkait serangkaian
pengeboman ini, lapor Gizmodo.
Laporan
dari berbagai media menyebutkan bahwa Facebook dan WhatsApp terpengaruh oleh
keputusan pemerintah, walau sebagian pengguna di Sri Lanka mengatakan bahwa
mereka masih bisa menggunakan WhatsApp. Washington Post mengungkap, sebagian
masyarakat Sri Lanka juga tidak bisa mengakses Instagram -- yang ada di bawah
Facebook -- dan YouTube.
Facebook mengaku bahwa mereka tahu akan pemblokiran yang
dilakukan oleh pemerintah Sri Lanka. Dalam pernyataan resmi, mereka berkata
bahwa mereka berkomitmen untuk menjaga layanan mereka dan membantu komunitas di
Sri Lanka untuk melalui tragedi ini.
Ini bukan pertama kalinya pemerintah Sri Lanka memblokir
Facebook. Pada Maret 2018, pemerintah meminta penyedia internet dan operator
mobile untuk memblokir Facebook dan semua anak perusahaannya, sertai aplikasi
Viber.
Ketika itu, alasannya adalah karena grup etnis mayoritas
Sinhalese dilaporkan telah melakukan serangan pada Muslim di distrik Kandy.
Baik pemerintah Sri Lanka maupun aktivis mengatakan, Facebook
tidak melakukan banyak tindakan untuk meminimalisir misinformasi, ujaran
kebencian, dan propaganda. Sementara grup nasionalis Sinhalese menggunakan
media sosial untuk menyebarkan rumor tentang populasi minoritas Muslim di sana.
Tidak lama setelah terjadinya serangkaian bom di Sri Lanka, New
York Times membuat laporan yang menunjukkan bahwa Facebook tidak
berusaha keras untuk mengetatkan peraturannya meski mereka adalah layanan utama
yang warga Sri Lanka gunakan untuk mengakses internet.
Dalam sebuah kejadian, seorang pria bernama Atham-Lebbe
Farsith dipukuli di sebuah restoran milik seorang Muslim setelah salah satu
pengunjung menuduh bahwa ada pil steril di makanannya. Rumor itu adalah rumor
tak berdasar yang dituduhkan pada Muslim yang kemungkinan sudah tersebar di
Facebook.
Facebook juga dianggap membiarkan misinformasi di Myanmar
yang menyebabkan genosida dan di Indonesia. Keputusan pemerintah Sri Lanka
untuk memblokir Facebook tampaknya merupakan tindakan preventif karena Facebook
dianggap terlalu berbahaya untuk dibiarkan online.
Sumber : berbagai sumber
Halaman :
1