Seorang wanita bernama Laura Perry tenggelam dalam gaya hidup
transgender.
Saya rasa transgender sudah tidak begitu asing di zaman ini.
Setelah menggunakan terapi hormon, Laura secara resmi mengubah
namanya menjadi Jake, dia juga menjalani mastektomi ganda dimana semua organ
reproduksi kewanitaannya diangkat.
Dan dia merasa bahwa saat itu adalah
saat paling bahagia selama hidupnya, tapi
ternyata tidak demikian.
"Saya merasa sudah memiliki semua yang saya inginkan...
tetapi saya masih tertekan," kenang Perry dalam sebuah konferensi berjudul God's Voice yang diadakan di Oklahoma.
ARTIKEL TERKAIT :
Ratusan Orang Menghadiri Konferensi ‘God’s Voice” Demi menghentikan Agenda LGBT di Gereja!
Perry mulai berfantasi menjadi seorang pria ketika masih
kecil. Dia merasa nggak dicintai oleh ibunya, sementara ibunya adalah seorang
Kristen yang taat dan terlibat dalam kegiatan gereja.
Perry justru memperhatikan bahwa ibunya lebih mencintai
saudara laki-lakinya yang pendiam dan patuh dibanding dia.
Sebelum melahirkan Perry, Francine, ibunya ternyata sudah
pernah kehilangan 2 anak lelaki. Karena itu, Perry jadi berpikir, "Mungkin
ibu berharap bahwa salah satu kakakku itu masih
hidup, tetapi bukan saya. Saya tahu bahwa mereka menginginkan tiga anak. Jika
salah satu dari saudara saya hidup, maka saya mungkin tidak akan berada disini.
Dulu saya berfantasi untuk menjadi seperti saudara saya," katanya dikutip
dari Christianpost.
Karena hal itu, hubungannya dengan ibunya pun tegang atau
dingin hingga dia berusia remaja.
Sementara itu, masa kecil Perry cukup menyedihkan. Saat dia berusia 8 tahun, dia pernah dilecehkan oleh teman
kakak laki-lakinya yang umurnya 9 tahun.
Meskipun hal itu hanya terjadi sekali, "Itu benar-benar mengubah
hidup saya.... Saya menjadi kencaduan seksual."
Perry pun akhirnya menyukai seks bebas ketika remaja, tetapi
semua pria yang tidur bersamanya mencampakkannya.
"Saya mulai merasa cemburu karena saya merasa mereka
(anak laki-laki) memiliki kekuatan untuk memegang kendali," kenangnya
seakan memberitahu alasan mengapa dia ingin jadi laki-laki.
Pada usia 16 tahun, dia marah sekali pada Tuhan karena Tuhan
menjadikannya sebagai wanita. Dia bersumpah tidak akan melayani Tuhan dan lari
dari padaNya.
Dan pada tahun 2007, Perry yang kecanduan seks serta porno(grafi) itu memulai proses transisi.
Dia harus mendapatkan surat dari psikolog berlisensi untuk
menerima perawatan hormon dari dokternya.
Bahkan dia nggak tertarik sama sekali dengan konseling, dia
hanya ingin surat itu.
Jadi ketika psikolog bicara bahwa dia memiliki masalah serius
dengan ibunya, Perry segera bereaksi dengan amarah dan mengatakan bahwa dia
nggak mau membicarakan ini. Sekali lagi, dia hanya ingin surat itu.
Begitu Perry mulai menjalani perawatan hormon, beberapa tahun
pertama menjadi pria, dia sangat bahagia sekali. Dan itu wajar terjadi pada
orang yang baru-baru menjalani transisi awal.
Setelah itu Perry pun membangun hubungan dengan transgender
lain (Pria ke wanita) dan bersama-sama mereka bergabung serta menghadiri (acara) kelompok pendukung LGBT.
Tetapi Perry dan pasangannya
berhenti ikut komunitas LGBT karena pasangannya tidak diterima disana dan dia sangat
tertekan berada di sana.
Dua tahun setelah perawatan hormon, Perry sama sekali belum
merasa seperti pria, hingga akhirnya dia memutuskan untuk operasi. Setelah
operasi, dia pun kembali mulai kerja .
Tetapi bosnya yang adalah lesbian berkata padanya, "Saya
tidak tahu apa yang salah denganmu, tetapi kamu tertekan. Kamu murung, kamu
tidak bekerja keras. Aku mau Jake yang lama kembali lagi."
Komentar itu akhirnya membuat Perry terkejut. Dia pikir,
transisi bisa membuatnya bahagia dan berubah ternyata itu hanya mengubah bagian
luar tubuh saja dan tidak dengan bagian dalamnya.
Selama masa itu, ibunya Francine ternyata terus berdoa bagi
Perry bersama belasan teman ibunya. Tuhan
berbicara kepada ibunya untuk menyerahkan semuanya kepadaNya.
Dalam proses itu, hatinya terhadap Perry melunak dan tak lagi
memandangnya sebagai pemberontak melainkan korban musuh.
Hingga suatu hari ketika Perry sedang curhat kepada sang ibu
tentang masalah di tempat kerja, ibunya merespon dengan sangat manis. Ibunya
menceritakan bagaimana Roh Kudus mengubah sang ibu dan menceritakan Injil
kebenaran.
"...Dia memberitahu saya gimana dia telah diubah oleh Roh
Kudus...saya melihat transformasi pada ibuku. Ketika saya melakukannya pada
saat itulah saya tahu Injil itu benar... Kristus hidup dan ada kekuatan
transformasi yang belum pernah saya ketahui. Malam itu, aku pun memberikan
hatiku kepada Yesus," katanya kepada kerumuman orang di konferensi
tersebut.
Pada tahun 2014, Perry pun diselamatkan dan mulai mendengarkan
ajaran Alkitab baik itu dari radio atau online. Saat itulah Tuhan mulai
mengungkapkan betapa gilanya transgenderisme ini.
"Hati saya berubah secara radikal saat itu. Saya tahu
untuk pertama kalinya... sejauh yang saya ingat bahwa saya tidak dimaksudkan
untuk menjadi laki-laki. Saya tidak dapat menjelaskan kepada kamu bagaimana
saya memiliki kekuatan untuk keluar dari gaya hidup itu. Itu adalah kekuatan
Yesus Kristus," demikian Perry mengungkapkan
perjalanannya menemukan Kristus dan identitasnya kembali sebagai perempuan.