Orang Kristen
Suriah mengisahkan perjalanan keyakinan mereka menjadi Kristen setelah menyaksikan kebrutalan kelompok teroris ISIS di negaranya.
Farhad Jasim
(23) adalah salah satu diantaranya yang menyampaikan kesaksian soal perjalanannya
percaya pada Yesus. Kepada NBC, Jasim mengisahkan kalau dia ditahan selama enam
bulan oleh kelompok ISIS. Dia ditangkap karena tak tahu dasar-dasar ajaran agamanya.
Selama dipenjara, dia disiksa dan dipaksa membaca kitab suci keyakinan kelompok ISIS.
“Setelah
aku menyaksikan kebrutalan mereka dengan mata kepalaku sendiri, aku mulai berpikir skeptik dengan kepercayaanku,” ucap Jasim, seperti dikutip dari Christianpost.com.
Setelah mendengar
tentang Gereja Brethren, yang baru dibuka pada bulan September dan merupakan
bagian dari denominasi yang berasal dari Jerman di abad ke-18, Jasim memutuskan untuk mendatangi gereja itu.
“Tak butuh waktu lama untukku menemukan kalau agama Kristen adalah agama yang aku cari,” terangnya.
Baca Juga :
Pasca Serangan Bom Gereja, Filipina Berjanji Buru Kelompok Terorisme Sampai Tuntas
Open Doors Klaim 50 Juta Orang Kristen Tiongkok Alami Penganiayaan
Sayangnya,
setelah mengetahui dirinya masuk Kristen. Seluruh keluarga Jasim menolaknya.
Meski begitu, dia berharap suatu saat nanti orang-orang yang dicintainya akan percaya Yesus.
Sementara Firas,
seorang petani berusia 47 tahun menyampaikan kalau dia masuk Kristen setelah dipenjara
oleh ISIS selama dua tahun. Dia masih ingat bagaimana para militan meneror
siapapun yang tidak patuh dengan aturan agama mereka. “Aku melihat para lelaki dan
remaja belasan tahun dicambuk di jalan-jalan karena mereka ketahuan merokok. Aku
melihat mayat-mayat anak muda laki-laki dilempar dari gedung-gedung tinggi karena ketahuan gay,” kata Firas.
Dia menambahkan,
kalau memang surga hanya untuk kelompok ISIS dan kepercayaan mereka, Firas mengaku
lebih memilih neraka. “Aku akan memilih neraka untuk diriku sendiri daripada kembali
bersama mereka di tempat yang sama, bahkan kalau (kepercayaan ISIS) itu adalah surga.”
Omar (38), yang
bekerja sebagai administrator gereja menyampaikan kalau sebelum ISIS mengambil
alih wilayah itu, orang-orang dilarang keras berpindah agama. Karena itulah bagi siapapun yang ketahuan pindah agama, mereka akan berhadapan dengan ISIS.
“Sebagian
besar orang-orang di sini bertobat atau datang ke gereja karena apa yang
dilakukan ISIS kepada mereka dan keluarga mereka. Tidak ada yang dipaksa
bertobat. Senjata kami hanyalah doa, menyebarkan kasih, persaudaraan dan toleransi,” terang Omar.
Pasca tumbangnya
kekuasaan ISIS di Suriah, pertumbuhan Kristen di Suriah mulai terjadi. Saat
ini, diperkirakan umat Kristennya sudah mencapai 4.6%, sebagaimana dikutip dari
laporan Aid to Church in Need. Selain itu, sekitar 700.000 orang Kristen diyakini telah meninggalkan Suriah sejak perang saudara dimulai pada tahun 2011 lalu.
Bulan
Desember 2018 lalu, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan kalau
pasukan AS akan mundur dari Suriah. Amerika sendiri mengklaim sudah menang
melawan ISIS.
“Kami telah
menang melawan ISIS. Kami telah mengalahkan mereka dan kami telah mengalahkan mereka
dengan buruk. Kami telah mengambil kembali tanah itu dan sekarang saatnya untuk
pasukan kami kembali pulang,” terang Trump.