Baru-baru ini,
kita mendengar berita soal tiga anak yatim piatu asal desa Nainggolan,
Kabupaten Samosir penderita HIV didesak keluar dari sekolah. Desakan ini dilayangkan
oleh para orangtua murid yang kuatir jika ketiga anak tersebut menularkan penyakit serupa kepada anak-anak mereka.
Karena desakan
itu, pemerintah daerah kabupaten Samosir, pihak sekolah dan juga pendamping anak-anak
tersebut melakukan mediasi dan menghasilkan solusi supaya ketiganya disediakan sistem
pendidikan terpisah. Dalam artian, ketiga anak tersebut tak lagi belajar di
sekolah publik, melainkan di sekolah yang bersifat privat. Solusi ini dianggap tepat
bagi kedua belah pihak, baik untuk memberi kelegaan kepada orangtua murid dan juga untuk mencegah perlakuan yang tak baik terhadap ketiga anak tersebut.
Namun kasus
ini sudah terlanjur bergulir dan perlakuan yang dialami ketiga anak tersebut
dianggap tidak adil. Anak-anak yatim piatu tersebut harus dikucilkan lantaran minimnya pengetahuan orangtua soal penularan HIV.
Banyak informasi
simpang siur soal penularan HIV membuat para penderita harus menerima perlakuan
yang tidak baik. Mereka dijauhi karena alasan yang sebenarnya kurang tepat. Banyak
yang berpikir bahwa penularannya bisa terjadi dengan sentuhan fisik. Mitos ini tentu saja salah.
Karena itulah
setiap orangtua harus paham betul kalau penularan HIV ini bisa terjadi hanya dengan kontak cairan tubuh seperti darah dan juga penggunaan jarum suntik.
Metode penularan HIV sendiri hanya bisa terjadi lewat beberapa hal ini:
1. Transfusi Darah
Penularan HIV bisa terjadi lewat transfusi darah. Untungnya, kasus ini sangat jarang terjadi karena sebelum seseorang dinyatakan layak sebagai pendonor, tim medis lebih dulu melakukan uji kelayakan donor. Jadi, bisa dipastikan jika penderita HIV tidak akan bisa menularkan penyakitnya kepada orang lain.
Baca juga :
Akhir Yang Damai Didi Mirhard, Artis Yang Tak Takut Ungkap Idap HIV
Hari AIDS Sedunia, Wajib Tahu 10 Fakta HIV/AIDS
2. Selama kehamilan, persalinan atau menyusui
Seorang ibu
yang terinfeksi HIV dan mengandung atau menyusui berisiko tinggi untuk
menularkan HIV kepada bayinya. Penting untuk berkonsultasi dengan dokter agar
dapat dilakukan pemeriksaan dan pengobatan HIV selama kehamilan, guna menurunkan risiko penularan HIV pada bayi.
3. Penggunaan jarum suntik
Metode penularan
HIV lainnya adalah lewat penggunaan jatum suntik bekas penderita HIV. Darah yang
terkontaminasi dengan virus HIV bisa tertular lewat jarum suntik. Karena itulah sangat disarankan untuk segera membuang jarum suntik bekas penderita HIV.
4. Hubungan seksual
Penularan HIV
yang banyak terjadi adalah lewat hubungan seksual. Karena itulah ada banyak istri
yang juga tertular HIV dari suaminya yang kerap gonta ganti pasangan. Dan tentu
saja hal ini kemungkinan besar tidak akan terjadi kepada anak di bawah umur.
Jadi, lewat penjelasan ini semoga semua orangtua semakin paham dan lebih menerima anak-anak penderita HIV di tengah lingkungan. Jangan sampai ketidaktahuan kita membuat kita berlaku tidak adil dengan anak-anak penderita HIV yang juga punya hak yang sama dengan anak-anak normal lainnya.
Baca juga :