Masyarakat suku
Dayak beragama Katolik di kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat patut bergembira.
Pasalnya, Uskup Agung Jakarta, Mgr Ignatius Suharyo telah meresmikan pembangunan Gereja Katedral Hati Kudus Yesus Sanggau pada Selasa (11/9) kemarin.
Tak
tanggung-tanggung, pembangunan katedral ini menghabiskan dana senilai Rp 35
milliar. Nilai inipun dianggap cukup untuk memenuhi biaya dari desain katedral yang terbilang mewah.
Sebagaimana
disampaikan Ketua Panitia Pelaksana, Pastor Richardus Riady Pr, adapun luas
Katedral itu diperkirakan akan mampu menampung sebanyak 1500 jemaat di ruang
utama dan 1000 jemaat di bagian balkon. Untuk desainnya sendiri dipilih sedemikian
rupa yaitu desain menyerupai katedral bernuansa romawi. Mulai dari pondasi dasar seperti salib romawi dan dipadupadankan dengan unsur budaya setempat.
Uniknya, katedral
ini juga akan dilengkapi dengan tujuh menara sebagai simbol dari lumbung padi masyarakat Dayak.
“Di setiap lumbung padi itu ada juga tiang-tiang sanding dan di tengah gereja ada dua tiang sanding utama sebagai penyanggah gereja. Kemudian di kaca-kaca patri menggambarkan sejarah keselamatan umat manusia mulai dari penciptaan Adam dan Hawa yang ditempatkan di Taman Eden,” kata pastor Richardus, seperti dikutip Tribunnews.com, Selasa (11/9).
Baca Juga :
Habiskan Dana Rp 9.9 M, Menara Alfa Omega Tomohon Siap Dikenalkan Jadi Simbol Kerukunan
Menara Gereja Setinggi 35 Meter Ini Jadi Simbol Agama Jayapura
Tak hanya itu, kaca-kaca patri juga akan dihiasi dengan kisah kejatuhan manusia ke dalam dosa sampai kedatangan Yesus ke dunia dan menjalani proses penyaliban di kayu salib.
Di kaca patri
itu juga disematkan gambaran bagaimana Allah mengutus Roh Kudus ke dunia sebagai
penolong. Lukisan kisah alkitab yang begitu lengkap inilah yang menghiasi ruang kaca patri Katedral Sanggau.
Pastor Richardus
mengaku bahwa dana pembangunan Katedral ini dihasilkan dari swadaya masyarakat sebesar
Rp 14 miliar, kemudian ada bantuan dari Pemda Sanggau, Pemda Sekadau,
Pemerintah Privinsi Kalbar dan donatur-donatur lain baik lokal maupun dari luar
Kalimantan sendiri.
Sementara proses
pembangunannya memakan waktu selama 7 tahun. “Dari awal sampai sekarang persis tujuh
tahun gereja ini. Angka tujuh dalam masyarakat Dayak cukup bagus, juga dalam
gereja Katolik itu sesuatu yang sangat bagus melambangkan tujuh sakramen,”
ucapnya.