Apa yang kamu pikirkan mengenai konseling atau konselor?
Ketika ditanya akan hal ini, menurut kamu apakah seorang konselor haruslah seseorang yang profesional?
Ketika seseorang mengetahui bahwa aku seorang konselor dan
sering menangani anak-anak muda yang luka batin, kepahitan dan terikat akan
sesuatu, teman saya berkomentar seperti ini: "Saya rasa, kamu tidak pantas
untuk melakukan itu. Kamu bukan seorang profesional atau menyelesaikan sekolah dalam bidang itu. Saya rasa kamu terlalu muda."
Memang dia tidak menyuruhku untuk berhenti melayani anak muda secara frontal, tetapi kata-kata itu menyiratkan
sebuah arti yang sangat dalam mengenai pandangan kita terhadap seorang konselor, yaitu “konselor harusnya seseorang yang profesional, bukan pendeta dan lain sebagainya."
Sebagai gereja Tuhan, baik kamu seorang pelayanan di atas mimbar, di balik mimbar, jemaat bahkan pendeta, berikut mitos soal konseling yang tak seharusnya kamu percaya:
Mitos Pertama, Konseling Hanya Dilakukan Oleh Orang Yang Profesional
Mitos ini jelas banget menunjukkan bahwa konseling hanya
dilakukan oleh orang yang profesional. Sebelum kita lanjut, sebenarnya
konseling itu apa sih? Yap, konseling adalah percakapan yang bijaksana yang
dilakukan untuk membantu seseorang menemukan sebuah akar permasalahan dan menyelesaikannya.
Mungkin seorang konselor professional memberikan nasihat berasal dari sebuah pengalaman dan belajar sekian lama dan itu sangat bagus, kita patut hargai. Memberikan konseling
itu harus memiliki cara bicara yang bijaksana, kata-kata yang memotivasi dan membantu. Konselor yang profesional tidak memiliki sihir tertentu kok!
Untuk menjadi atau untuk konseling dengan seseorang,
tidak perlu mencari yang profesional kok. Keluarga kamu, misalnya mama, kakak atau
sahabat hingga teman merupakan konselor yang bisa kamu percaya. Jadi jangan terpaku kepada konselor yang harus profesional ya!
Mitos Kedua, Khotbah Yang Baik Setidaknya Mengurangi Kebutuhan Orang-orang Untuk Konseling
Secara teori kedengarannya benar ya. Kotbah memang
mengindentifikasikan perjuangan kehidupan sehari-hari dan mengilustrasikan
gimana membawa perjuangan itu ke dalam kebenaran Firman Allah yang tak
ternilai, namun masalahnya dalam praktiknya , meskipun demikian, ada banyak orang yang masih butuh konseling.
Kotbah yang baik memang membuat kondisi hati kita aman dan
membuat kita menyadari bahwa kita butuh suntikan rohani. Mungkin kita juga
menemukan hal-hal yang selama ini ditutup-tutupi tapi sayangnya nggak tahu
harus memulai perubahan dari mana. Jadi
sudah sangat jelas sekali bahwa mitos itu salah. Gereja tetap membutuhkan konselor sekalipun sudah mendengar kotbah yang baik setiap minggunya.
Mitos Ketiga, Orang Kristen Nggak Perlu Konseling.
Kalau kamu pernah mendengar mitos ini dan mempercayainya, maka
kamu salah besar. Ini adalah mitos lama yang tak seharusnya di percaya dan dilakukan oleh para jemaat atau orang Kristen.
Kita setuju kalau orang lain mencari pertolongan tapi untuk
diri sendiri kita tidak mencari bantuan karena nggak mau menunjukkan
kelemahan kita dan hanya mau menunjukkan bahwa Yesus cukup, tapi sayangnya hasilnya hal ini menodai kehormatan Tuhan.
Orang Kristen juga butuh konselor! Orang Kristen bukan seseorang yang kuat sendirian. Meskipun katanya kita hanya butuh Yesus, tapi orang Kristen butuh saudara seiman seperti kakak rohani untuk dijadikan konselor dan membantu kita untuk kesejahteraan rohani kita.
Penting kita ketahui, Yesus juga suka bertemu dengan kamu
melalui firmanNya yang disampaikanNya kepada orang lain.
Jika hari ini kamu terpanggil untuk orang yang luka batin dan
sebagai konselor, jangan berhenti di wacana saja. Bergeraklah bersama Roh
Kudus, tidak perduli apakah kamu sudah ahli atau nggak dalam bidang itu. Yang
saya tahu bahwa Yesus akan memperlengkapi kamu melalui Roh Kudusnya. Jika Dia
menaruh hatiNya atasmu, itu berarti Dia akan bergerak bersama kamu.