Seperti sebuah pisau, peran
teknologi sangat tergantung dari siapa orang yang menggunakannya. Ada banyak tindak
kejahatan yang digunakan oleh mereka yang tidak bertanggung jawab pun ada peluang yang timbul dari kemajuan teknologi.
Satu hal yang pasti adalah
teknologi bukanlah sesuatu yang bisa kita hindari. Jika kita ingin berada dalam
sebuah industri, seberapa pun besar keinginan kita untuk bertahan, tanpa mengikuti perkembangan teknologi sama saja kita siap untuk gagal.
Pelaku tindak kejahatan teroris
pun ikut menggunakan teknologi dalam menyebarkan paham, merekrut anggota,
menjalin komunikasi, bahkan melancarkan serangan dan menyebarkan rasa takut ke
seluruh dunia dalam waktu yang sangat singkat. Seperti kejadian terorisme yang baru-baru ini terjadi di Indonesia.
Apakah teknologi se-mengerikan itu?
Big data maupun big science bisa
menjadi alternatif senjata yang digunakan untuk memerangi aksi terorisme.
Dikutip dari Algorit.ma, data science dapat membantu pihak berwenang untuk memantau tindakan para terduga teroris.
Setiap orang yang masuk dalam dunia digital media sosial dan dunia internet meninggalkan sebuah data yang jika dikumpulkan, data tersebut dapat mengungkap latar belakang serta motif dari pergerakan mereka.
Baca juga: IMAGO 2018 - Nationalisme Di Era Digital, Saat Sosmed Berdampak Masif Membawa Perubahan
Oleh karena itu, menurut Samuel
Chan, Course Producer dan Co-Founder dari Algoritma Data Science Education
Center, tindakan pemberantasan terorisme harus mulai melibatkan sektor publik dan swasta sebagai ahli dalam bidang data science.
“Apabila kita amati saat ini,
mulai banyak perusahaan swasta yang bekerja untuk membangun lingkungan yang
lebih aman. Lingkungan yang terhindar dari aksi terorisme, hate speech, illegal
trafficking, dan lain sebagainya,” jelas Samuel pada Senin, 21 Mei 2018 kemarin.
Facebook merupakan salah satu
perusahaan yang mulai menyadari ancaman yang bisa terjadi pada penggunanya jika
tidak diproteksi dengan baik. Karenanya mereka kerap berupaya untuk
meningkatkan keamanan dengan mengembangkan teknologi analisis teks untuk mendeteksi
kata-kata dalam media sosial yang sekiranya terindikasi mengandung unsur propagande terorisme.
Analisis teks masih merupakan
salah satu teknologi canggih yang bisa dimanfaatkan dari beberapa teknologi
canggil lainnyas seperti image recognition, computer vision, dan biometrics
mining yang bisa digunakan untuk menganalisa pergerakan digital para terduga teroris.
"Ada banyak hal yang dapat
dilakukan negara untuk mendukung upaya ini. Di antaranya melalui pembiayaan
atau kampanye yang terorganisir. Namun yang paling penting, negara perlu
membuka diri terhadap inovasi-inovasi tersebut,” kata Samuel dilansir dari IDN times.
Indonesia sendiri sudah mulai berupaya untuk memanfaatkan teknologi guna meningkatkan keamanan negara. Salah satunya adalah Aduankonten.id yang digerakkan oleh Menkominfo. Situs ini memungkinkan siapapun untuk melaporkan konten digital yang bersifat negatif, mengandung kebohongan atau hoax, bahkan unsur terorisme.
IDN times merupakan salah satu platform media
yang digalakkan oleh Wiston Utomo. Wiston akan hadir di IMAGO Creative Conference 2018 yang secara
khusus membahas masa depan konten. Daftarkan dirimu sekarang juga dengan
menghubungi kontak dibanner.
Sumber : idntimes/jawaban