Pada tanggal 25 Maret 2018 kemarin, seluruh
umat Katolik di seluruh dunia merayakan minggu Palma. Minggu Palma atau Minggu palem jatuh pada
hari minggu terakhir sebelum Paskah. Perayaan ini merupakan pembuka Pekan Suci
menjelang Paskah. Minggu Palma dikenang sebagai peristiwa masuknya Yesus ke Kota Yerusalem sebelum Ia disalibkan.
Selama Pekan Suci ini, umat Katolik akan merayakan Trihari Suci, yaitu Kamis Putih untuk memperingati perjamuan terakhir Tuhan Yesus sebelum disalibkan, Jumat Agung dan Minggu Paskah. Diawali oleh Misa pada Kamis Putih, kemudian memuncak pada perayaan Malam Paskah dan berakhir pada ibadah Minggu Paskah.
Bertujuan untuk mengenang
kesengsaraan Yesus Kristus, kemuliaan Yesus tidak hanya ketika diriNya memasuki
Kota Yerusalem, melainkan juga peristiwa kematianNya di kayu salib. Minggu Palma juga dikenal sebagai
minggu sengsara, dimana saat itu jemaat akan mendengarkan pembacaan kisah-kisah sengnsara Tuhan Yesus yang ada dalam injil.
Mengapa harus daun palem yang digunakan sebagai simbol?
Daun palem dipilih karena melambangkan
kemenangan. Dalam Minggu Palma, daun ini digunakan untuk menyatakan kemenangan
atas kematian. Saat Yesus masuk ke kota Yerusalem, Ia meminta dua orang
muridnya untuk membawakan dua ekor keledai, anak sekaligus induk dari keledai itu.
Ketika Yesus naik ke atas keledai tersebut,
orang banyak menghamparkan pakaiannya dilajanan dan memotong-motong ranting
kemudian menyebarkannya di jalanan (Matius 21:1-11). Dalam perayaannya,
umat Katolik akan dibagikan daun palem, kemudian melambai-lambaikan daun palem
sambil mengangkat pujian sebagai simbol yang menyatakan keikutsertaan umat
bersama Yesus dalam arak-arakan menuju Yerusalem.