Pengakuan Seorang Ibu:

Parenting / 13 February 2018

Kalangan Sendiri

Pengakuan Seorang Ibu: "Aku Berhenti Memukul Anakku Karena Alasan Ini..."

Naomii Simbolon Official Writer
7085

Memukul anak masih sering dilakukan oleh orangtua dengan tujuan untuk memberi hukuman atau menjadikan anak lebih disipilin. Dan sampai hari ini, orangtuaku sendiri masih melakukan hal itu. Apakah kamu salah satu orangtua yang mendidik anak dengan cara demikian?

Curahan hati seorang ibu ini wajib kamu dengarkan :

Mary Katherine seorang ibu sekaligus blogger menuliskan curahan hati ibu di laman Scarry Mommy, dia mengaku berhenti memukul anaknya karena sebuah alasan yang sangat tegas.

Saya tumbuh di lingkungan yang menerapkan pukulan pada anak sebagai bentuk hukuman. Saat kecil, saya tahu kalau berbuat nakal, saya harus bersembunyi atau memilih alat untuk dipukulkan pada saya. Saya jarang dipukul oleh orangtua, tapi kenangan saya dipukul masih terbayang jelas.

Saya ingat berjalan di lorong rumah menuju kamar, menutupi pantat saya dengan tangan sambil berteriak agar hukuman ditangguhkan. Jujur saja, mengingat kenangan itu membuat saya merasa sedih.

Saya tidak pernah memikirkan dampak pemukulan terhadap diri saya, hingga setelah saya menjadi seorang ibu.

Malam pertama membawa bayi pulang ke rumah, saya melihatnya sebagai seorang manusia yang tak berdaya, dan betapa menjadi seorang ibu adalah tanggung jawab yang luar biasa.

Saya menitikkan air mata, berbisik di telingan putraku, "Ibu tidak akan pernah memukulmu, ibu janji."

Tiga tahun kemudian, saya memukul anak untuk pertama kalinya.

Hal itu terjadi pada suatu hari, reaksi saya terjadi karena dia lari ke jalan, saya segera menarik tangannya dan memukul pantatnya. Saya ingat jelas ekspresi di wajahnya, bingung, marah dan terkhianati. Saya langsung membenarkan tindakan tersebut di dalam kepala saya, walaupun dalam hati saya merasa ini adalah salah.

Namun, meskipun benci pada diri sendiri karena menyakiti putra saya, saya terus memberikan hukuman fisik untuk mendisiplinkannya. Perilakunya tidak membaik dengan pukulan, justru bertambah buruk. Bahkan suatu hari dia memukul adik perempuannya.

Saya sangat marah dan membentaknya, " Kita tidak memukul keluarga sendiri, Nak. Kau tahu itu!"

 

Dengan airmata di wajahnya, ia membalas membentak,"Tapi, Bu, Kau juga memukulku!"

Kebenaran dalam ucapannya, meluluh lantakkan perasaan saya. Itu adalah pertama kalinya saya dihadapkan dengan alasan logis mengapa memukul anak adalah hal yang salah.

Saya berusaha menenangkannya, tapi dia berpaling dan kembali bermain. Sepanjang hari itu, saya merasakan beban berat di hati dan pikiran. Karena saya sadar telah melakukan hal yang salah pada anak saya. Sangat salah.

Malam harinya, ketika suami pulang kerja kamipun mengobrol panjang lebar. Dan ternyata, meskipun kami berdua sama-sama dibesarkan dengan hukuman pukul sebagai bentuk pendisiplinan, kami tidak pernah berniat melakukannya pada anak kami.

Kami tidak pernah merasa bahwa tindakan itu benar, kami melakukannya karena itulah yang kami pelajari dari orangtua kami. Meskipun kami benci melakukannya.

Malam itu, kami  juga mencari beberapa dampak jangka panjang dari pola disipilin dengan cara memukul anak. Dan kami menemukan fakta ilmiah bahwa memukul anak selain nggak efektif untuk mendisiplinkan, juga sangat merugikan anak.

Saya selalu merasa bahwa memukul anak sebagai hukuman tidak benar, namun hanya itu yang saya tahu. Dan orangtua saya juga melakukannya terhadap saya. Malam itu, saya dan suami sepakat untuk memutuskan mata rantai kebiasaan buruk ini.

Malam itu juga, saya berjalan pelan ke kamar anak laki-laki saya dan mencium keningnya. Dia sudah tidur, meski pipinya sudah menirus, namun ia masih memiliki tampilan tembam seperti saat dia masih bayi baru lahir.

Ku usap rambutnya dan berbisik di telinganya." Ibu janji padamu, Nak. Ibu nggak akan pernah memukulmu lagi."

Dan kali ini, janji itu saya tepati.

Curahan hati Mary ini semestinya menjadi pelajaran bagi kita sebagai orangtua, apa yang selama ini menjadi kebiasaan di masyarakat bukan berarti kita harus menirunya.

Setiap orangtua memiliki hak untuk menerapkan pola pengasuhan yang terbaik untuk anak-anaknya. Ikutilah insting kamu sebagai orangtua, jika kamu merasa ada yang salah, ayo! Ubahlah.

Yang pasti, usahakan jangan pernah melakukan kekerasan fisik maupun emosional sebagai bentuk hukuman atau cara mendisiplinkan.

Semoga bermanfaat ya!

 

Sumber : scarymommy/jawaban
Halaman :
1

Ikuti Kami