Punya idola itu sah-sah saja. Tapi jangan sampai si kecil dibiarkan sendiri untuk mengidolakan mereka. Ditemani ya,Ma.
Saat anak masih balita, mungkin kalau ditanya siapa
idola si kecil, maka mereka akan
menjawab Donal Bebek, Barbie, Frozen, Upin Ipin dan lain-lain. Namun sudah
memasuki usia remaja misalnya sekitar 8-12 tahun, saat otangtua bertanya hal
yang sama maka mereka akan menjawab hal yang berbeda. Mungkin dia akan menjawab
dengan menyebutkan sederetan nama artis terkenal. Bisa jadi artis Indonesia,
bisa jadi artis luar. Ataukah barangkali juga dia akan mengidolakan salah satu band asal Korea?
Nggak hanya suka dengan akting atau mungkin suaranya
ketika bernyanyi, tapi bahkan mereka juga menyukai penampilan para idolanya sehingga mereka juga mengikuti gaya sang idola.
Wahh! Another stage of life akhirnya dijalaninya, Ma. Tapi
mungkin Mama sendiri juga pernah mengalami dan berada di situasi ini, sehingga seharusnya sih Mama bisa mengerti dan memahami si kecil.
Meski demikian, hati-hati jangan sampai si anak
terlalu terhanyut sebagai ‘groupies’ ya. Kata groupies kalau di Amerika Serikat
diartikan sebagai istilah untuk menggambarkan jenis fans yang dianggap sampai
tertarik membangun hubungan intim kepada sang idola mereka, entah hubungan
hanya sekedar ngobrol dan bisa sampai jatuh dan melakukan hubungan seks lho. “Namanya juga ketemu fans, kapan lagi!”
Nah, Mama harus hati-hati dan tetap di pantau ya! Jangan sampai karena
mengidolakan artis atau seseorang, si anak jadi lupa segalanya apalagi belajar
dan melakukan hal-hal penting yang seharusnya dia lakukan. Dan satu lagi, jangan sampai mengidolakan orang melebihi dari mengidolakan Tuhan. Hm,bahaya!
Jadi kalau Mama memiliki anak yang sedang berada di
fase ini, dan bahkan Mama baru dengar nama sang idola – berikut ini bisa Mama lakukan demi kebaikan si anak :
1. Pilih dan pilah pesan yang dibawa oleh sang artis
Meski nggak bersama sang anak setiap
hari, Mama sebagai orangtuanya tentu bisa mengamati apa dan siapa yang mejadi
minat sang anak saat ini. Kalau mama nggak kenal dengan idolanya, ada baiknya
Mama cari tahu dulu – siapa dia, bagaimana karakternya. Setelah itu, Mama baru
bisa ‘pre-screening’ terhadap pesan yang mungkin di usung sang artis melalui pribadinya, aktingnya, lagunya supaya sang anak nggak menterjemahkannya.
Misalnya: ada artis yang memiliki
gaya yang glamour, mungkin si anak akan mengikuti gaya glamournya. Jadi sebelum
itu terjadi, Mama bisa jelasin ke sang anak kalau ‘artis’ tersebut udah glamour
dari sononya, atau mungkin-sang artis sangat kerja keras makanya punya banyak uang.
2. Kenakan anak dengan sosok lain yang jauh lebih layak untuk jadi panutan
Manfaatkan situasi si anak yang dalam
proses mencari jati diri dengan memotivasinya dengan sosok-sosok lain yang
mungkin belum pernah dikenalnya, yang se-usia dengannya namun mampu berkarya secara positif dan kaya prestasi, nggak semata-mata modal fisik saja.
3. Buat pengalihan
Biar anak nggak melulu menghabiskan
perhatian kepada sang idola, ajak dia untuk terlibat langsung dengan
kegiatan-kegiatan yang bisa menyalurkan energinya lebih. Misalnya olahraga. Biarkan
dia memilih jenis olahraga yang dia sukai. Kamu juga bisa daftarkan dia dengan kursus menari, dan lain sebagainya
Nah, jangan anggap sepele dan hal yang wajar sehingga
di cuekin ya, Ma. Tetap perhatikan sang anak dan jangan sampai lalai karena
bisa berakibat fatal lho!
Semoga artikel ini bermanfaat ya. Tuhan Yesus
Memberkati.