Seorang pria
bersenjata menembaki jemaat gereja First Baptist Church di Sutherland Springs,
Texas pada Minggu (5/11) pukul 11.30 waktu setempat. Akibatnya, sebanyak 26 jemaat gereja tewas dan sekitar 20 orang luka-luka.
Setelah diidentifikasi,
salah satu korban yang tewas adalah putri dari pasangan gembala gereja Frank dan
Sherri Pomeroy. Hal ini ditemukan setelah Sherri menulis pesan teks kepada media AP bahwa dia dan suaminya berada di luar kota ketika serangan terjadi.
“Kami kehilangan
putri 14 tahun kami hari ini dan banyak teman-teman lainnya. Kami berdiua telah
kembali ke kota untuk menyaksikan kehancuran yang terjadi. Saya sudah di bandara Charlotte untuk sesegera mungkin bisa pulang,” tulisnya.
Megan Posey,
juru bicara Pusat Medis Connally Memorial, yang terletak di Floresville atau sekitar
10 mil dari gereja tersebut, mengatakan bahwa ada beberapa korban yang dirawat karena
luka tembak. Tapi dirinya menolak berkomentar lebih soal jumlah pasti dari korban luka-luka.
Terkait kronologi
kejadian, seorang saksi mengatakan bahwa dirinya mendengar suara tembakan sebanyak
20 kali. Pelaku yang diketahui berpakaian serba hitam itu kemudian mencoba melarikan diri dengan sebuah kendaraan.
Sayangnya, pihak
kepolisian Texas segera mengejarnya dan menabraknya di perbatasan Guadalupe
County. Saat diperiksa, pelaku sudah tak lagi bernyawa di mobilnya. Komisaris Wilson
County Larry Wiley belum memastikan apakah pelaku tewas karena bunuh diri atau ditembak oleh petugas saat pengejaran.
Serangan ini
menambah catatan tragedi penembakan mengerikan yang terjadi di Amerika Serikat,
menyusul serangan yang terjadi di Las Vegas pada Minggu, 1 Oktober 2017 bulan lalu.
Terkait serangan
ini, Presiden Trump yang saat kejadian masih berada di Jepang menyampaikan keprihatinannya.
“Semoga Tuhan bersama orang-orang Sutherland Springs, Texas. FBI & penegak hukum ada di tempat kejadian,” tulisnya lewat akun Twitter.
Sementara Gubernur
Texas, Greg Abbott juga turut menyampaikan rasa dukanya. Tulisnya, “Doa kami beserta
mereka yang terluka karena kejahatan ini, terima kasih kepada penegak hukum atas
responnya.”
Kita semua pasti
bisa merasakan kesedihan yang dialami para keluarga korban serta rasa sakit dan
takut yang masih menghantui korban luka-luka. Untuk itu, mari bersatu hati berdoa supaya Tuhan kiranya memberikan perlindungan kepada Amerika Serikat. Kiranya
pemulihan juga terjadi atas para korban.