Dimulai dari kasus postingan viral cewek Batak yang gagal nikah beberapa waktu lalu, akhirnya topik bahasan soal hubungan mertua dan menantu Batak pun mulai booming. Di satu artikel yang ku baca dituliskan kalau dikalangan orang Batak hubungan nggak akur antara mertua dan menantu seolah sudah umum. Boleh disimpulin kalau kebanyakan menantu dan mertua orang Batak punya hubungan yang nggak baik.
(Baca Juga :
Apa sih yang
bikin hal ini jadi kelihatan umum di kalangan suku Batak? Kutipan dari Tobatabo.com disebutkan beberapa penyebab konflik antara menantu dan mertua Batak diantaranya:
Menantu
- Biasanya menantu yang kurang baik dimata mertua adalah
mereka yang suka memikirkan kepentingan diri sendiri. Misalnya, menantu lebih pro pada keluarganya dibanding dengan keluarga suaminya.
- Menantu suka nggak hadir kalau ada acara atau kegiatan
keluarga pihak suami. Sikap ini dimata mertua sama sekali nggak baik karena menantu menanggap keluarga suami nggak penting.
Mertua
- Menantu sering dianggap mertua sebagai orang ketiga antara
suami dan ibunya. Mertua menganggap karena istrilah, dirinya tak lagi mendapat perhatian penuh dari anaknya.
- Mertua suka menilai menantu dari apa yang dia punya,
mulai dari tingkat ekonomi, pendidikan sampai sikap dan tingkah laku. Apalagi tingkat
ekonomi menantu jauh lebih rendah dari keluarganya, bisa-bisa menantu bakal selalu jadi bahan pembicaraan buat si mertua.
Karena perasaan-perasaan inilah, ibu mertua sering bersikap sinis, galak dan suka mengkritik menantu perempuannya. Semua hal yang dilakukan menantu perempuan dianggap salah. Sementara menantu juga suka menaruh ketidaknyamanan kepada mertua karena mertua dianggap terlalu ikut campur dalam urusan rumah tangganya.
Saat kondisi
ini berlangsung terus menerus kemungkinan besar yang terjadi adalah perang antara
menantu dan mertua. Bahkan hubungan keluarga bisa sampai pecah dan terputus karena nggak ada kesehatian antara menantu dan mertua.
Tentunya nggak
ada menantu atau mertua yang menghendaki hubungan yang penuh konflik. Semua keluarga
menghendaki kebahagiaan dan rasa damai. Hubungan semacam inilah yang dikisahkan
dalam cerita Rut dan Naomi di Alkitab. Rut dan Naomi adalah sepasang menantu dan mertua yang hidup dengan akrab dan saling mengasihi.
(Baca Juga : Suami-suami, Akrablah Sama Mertuamu Kalau Mau Punya Pernikahan Sebahagia Ini! )
Apa yang bisa dipelajari dari hubungan Rut dan Naomi?
Sikap Seorang Menantu
1. Sebagai menantu,
Rut menganggap mertuanya sebagai orang tuanya sendiri yang perlu ditemani,
dirawat, dan dikasihi. Saat membaca Rut 1: 16-17, kita bisa tahu kalau Rut benar-benar
ingin jadi pelindung bagi Naomi yang sudah tua. Sikap seorang menantu semacam inilah yang banyak dipuji-puji, termasuk oleh Boas sendiri (Rut 2: 11).
Kalau kita baca
kisahnya secara lengkap, Naomi memang adalah wanita yang lemah lembut dan baik
hati. Wajar saja kalau Rut begitu mengasihi dia dan menganggapnya sebagai ibunya sendiri.
2. Hargailah
mertuamu. Ingatlah bahwa mertua adalah orang yang sudah membesarkan pasanganmu.
Karena itu, hargailah dia sebagai orangtua, seburuk apapun dia dengan cara-cara yang sederhana.
3. Bijaklah
dengan tuntutan mertua. Ada banyak mertua yang merasa benar karena menurutnya dia
sudah lebih banyak makan asam garam. Tuntutannya perlu dipertimbangkan. Kalau terjadi
konflik, ingatlah bahwa sang mertua adalah sosok orangtua yang berusaha untuk memberikan nasihat kepada anaknya.
4. Jadilah
menantu yang sabar. Sebagai istri dari anaknya, seorang menantu haruslah
bersikap selayaknya seorang anak. Saat mertua mungkin bersikap kurang baik, tetaplah hadapi dengan sikap yang sabar.
Sikap Seorang Mertua
1. Mertua harusnya
jadi ibu bagi menantunya. Sebagaimana Naomi, istri dari Elimelekh itu, sekalipun
ditinggal mati oleh suami dan kedua anaknya, dia tetap memperlakukan menantunya
Orpa dan Rut selayaknya anaknya sendiri. Kematian orang-orang yang dia cintai tidak
mengubah sikapnya kepada kedua menantunya, apalagi mempersalahkan Orpa dan Rut atas kematian anak-anaknya (Rut 1: 5-9).
2. Seorang mertua
selayaknya tidak menuntut banyak. Sekalipun kedua menantunya berasal dari Moab dan
memiliki keyakinan yang berbeda dengan keluarga Naomi, tapi dia sekali-kali tak
memaksakan keyakinannya kepada kedua menantunya itu. Sebaliknya, Naomi selalu menyampaikan
ucapan-ucapan yang memberkati sebagaimana dia menghidupi keyakinannya kepada Allah orang Israel (Rut 1: 8).
3. Mertua jangan
egois, tetapi harus tetap memperhatikan kebutuhan menantunya. Hal inilah yang
dilakukan Naomi kepada Orpa dan Rut. Sekalipun kedua anaknya sudah meninggal, tapi
dia tetap bertanggung jawab atas hidup Orpa dan Rut. Hal ini disampaikannya saat
Naomi hendak kembali ke Betlehem. Dia meminta supaya kedua menantunya itu kembali
ke rumah orangtua mereka dan memulai kehidupan baru bersama lelaki lain yang akan
meminang mereka. Sekalipun Rut tak rela membiarkan mertuanya itu sendiri, tetap
saja Naomi bertanggung jawab untuk mencarikan pasangan bagi Rut setelah mereka kembali
ke Betlehem. Atas bimbingan Naomi, Rut pun bertemu dengan Boas. Mereka lalu menikah
dan memiliki keturunan.
Poin-poin di
atas tentunya tak akan pernah bisa terjadi kalau ternyata baik menantu dan mertua
tidak memiliki hubungan yang benar dan baik dengan Tuhan. Karena tak ada cara lain
yang lebih tepat untuk membangun hubungan yang baik antara menantu dan mertua selain
sama-sama lebih dulu hidup dalam kasih Tuhan. Karena saat kita sudah menghidupi
kasih itu, kita akan secara otomatis bisa bersikap dan berperilaku sebagaimana yang
dikehendaki Tuhan. Tak ada konflik dan tak lagi ada percekcokan.