Rohyani, Istri yang Merasa Diperbudak Selama Hidup Berumah Tangga
Sumber: Jawaban.Com

Family / 25 September 2017

Kalangan Sendiri

Rohyani, Istri yang Merasa Diperbudak Selama Hidup Berumah Tangga

Budhi Marpaung Official Writer
9238

Semua perempuan yang ada di dunia ini pasti berharap bahwa pernikahan mereka bahagia. Rohyani pun memiliki keinginan yang serupa. Ia memimpikan rumah tangga yang dibangun bersama Didit akan mewujudkan apa yang selama ini ia cari-cari.

Satu hari setelah menikah, Didit pun membawa Rohyani ke Kuningan. Di sana, mereka menempati sebuah rumah pastori yang sederhana.

Tidak sampai satu minggu, Rohyani mendapati dirinya seperti berada di perbudakan. Hidupnya tiap hari merasakan tekanan yang begitu berat. Karakternya dengan sang suami sangat bertolak belakang.

Sebagai contoh, dalam soal makanan. Didit, sang suami, bisa dengan santainya mempersilahkan orang lain untuk makan hidangan yang tersaji sementara dirinya saat itu ingin sekali mencicipinya. Ingin rasanya marah ketika itu, tetapi itu tidak mau diluapkannya.

Penghasilan suami yang pas-pasan menambah ruwet suasana di dalam rumah. Dengan berat hati, Rohyani pun mengajukan permintaan kepada Didit untuk bekerja demi memenuhi semua kebutuhan. Permintaan itu pun dikabulkan sang suami.

Dari Selasa sampai Sabtu, Rohyani bekerja. Capek rasanya. Bagaimana tidak, berangkat pagi, dan harus pulang saat malam hari.

Berjalan waktu, lama kelamaan Rohyani pun habis kesabaran. Di hadapan Didit, ia menyatakan untuk berpisah sementara.

Mendengar itu, Didit menjadi emosional. Dengan memukul-mukulkan tangan ke dada, ia menanyakan kepada sang istri, apa yang selama ini kurang dari dirinya.

Baca Juga: Ramalan Kiamat 23 September 2017. Ps. Christofer: Kok Gak Jelas ya?

Melihat hal itu, Rohyani menjadi berteriak. Ia pun menumpahkan semua yang ada di dalam hatinya saat itu.

“Saya tertekan hidup dengan kamu. Saya gak bisa hidup dengan kamu. Hiduplah dengan gayamu sendiri. Aku hidup dengan gayaku sendiri,” ujar Rohyani.

Dengan santai, Rohyani berkata kepada Didit bahwa ia akan meninggalkan rumah tersebut. Jika ia ingat akan sang suami, ia akan pulang. Namun jika tidak, ia tidak akan pulang.

Hancur hati Didit menyaksikan apa yang dilakukan oleh sang istri kepadanya. Bagaimana mungkin istri yang begitu dicintainya ternyata mau mengambil keputusna seperti itu? Apakah selama ini, ia belum memberikan yang terbaik kepada istrinya tersebut?

Selesai pertengkaran. Di dalam keheningan malam. Didit berdoa kepada Tuhan. “Tuhan tolong saya. Kenapa istri saya menjadi seperti ini? apa ini penyebab-penyebabnya?,” seru Didit.  

Rohyani yang berada di dekat Didit mengambil sikap cuek. Ia tetap berbaring di kasur dalam posisi membelakangi sang suami.

Saat Didit berdoa seperti itu, tiba-tiba, Tuhan menunjukkan kepadanya sebuah cermin yang besar.


“Dan ketika saya melihat cermin itu, saya tanya Tuhan apa ini maksudnya? Tiba-tiba cermin itu dilepas oleh-Nya dan jatuh pecah berkeping-keping. Dan Tuhan bicara, itulah gambaran hati istrimu. Dia tidak punya gambaran yang baik. Hatinya hancur,” ungkap Didit.

Tanpa sepengetahuan oleh Didit, Rohyani memang memiliki pengalaman yang buruk dengan laki-laki khususnya ayah. Sejak umur tiga tahun, ia tidak bisa melihat keberadaan ayahnya. Mama yang bersama dan membesarkannya ketika itu mengatakan hal-hal buruk tentang sang ayah. Dan akhirnya tertanam sebuah pikiran bahwa tidak ada laki-laki yang baik.

“Jadi, ada gambaran yang buruk dalam diri saya dan itu berdampak terus sampai saya masuk ke dalam pernikahan,” aku Rohyani.

Kemudian pada pukul 5 pagi setelah percekcokan malam sebelumnya, Didit membangunkan saya. Di hadapan saya, ia menangis. Namun, bukannya bersedih, Rohyani justru mempertanyakan air mata yang turun di pipi sang suami. Baginya, itu semua hanyalah tipu muslihat agar ia tidak meninggalkan rumah tersebut. 

Didit yang benar-benar hancur hati kemudian memeluk istrinya. Dengan bergelinangan air mata, Didit berkata kepada Rohyani, “Kamu tahu gak sembarangan Tuhan izinkan kamu hidup dengan saya? Saya tahu dengan berjalan dengan kamu, saya bukannya senang, tetapi saya tersakiti terus, saya akan luka, dan saya akan nangis terus. Tapi, saya tahu akhir dari semuanya saya mau terima pertobatanmu karena saya tahu Tuhan sayang sama kamu.”

Perkataan itu begitu menyentuh hati Rohyani. Ia pun tak kuasa menahan air mata turun di pipinya.

Waktu berselang. Didit mengajak sang istri pergi ke Jember untuk menemui papa dari Rohyani. Ajakan itu disambut baik sang istri.

Benar, ketika di Jember, Rohyani dan papanya akhirnya bisa bertemu. Sejumlah pertanyaan yang berpuluh-puluh tahun ada di dalam hatinya terjawab di dalam pertemuan itu. Pada akhirnya, ia dan papa pun saling mengampuni.

“Tidak ada seorang pun yang bisa melakukan satu pemulihan yang luar biasa, kalau bukan lewat Yesus,” kata Rohyani.

Ketika pengampunan terjadi, maka mujizat terjadi. Karakter Rohyani berubah 100 persen. Dia yang tadinya pemarah menjadi tidak pemarah. Dia bisa mengerti apa yang sang suami kerjakan.

“Saya baru saya bahwa Tuhan Yesus itu berkorban buat saya itu begitu luar biasa, sama seperti Pak Didit yang berkorban untuk saya, luar biasa. Jadi kalau sekarang ini saya jadi begini karena saya lihat teladan yang baik dalam diri Pak Didit,” imbuh Rohyani.

Sekarang setelah pemulihan terjadi, Rohyani makin menyadari bahwa ia tidak perlu menyesali hidup dengan Didit, suami satu-satunya yang memang diberikan Tuhan untuk hidupnya.

Sumber : Rohyani
Halaman :
1

Ikuti Kami