Bukan hal yang istimewa bagi seorang Inal, tidak mendapatkan pelanggan dalam bisnis jual beli handphone miliknya. Begitu pula dengan hari itu. Cuaca yang juga tidak menyenangkan, ibarat menambah penderitaan dan keresahan di hati Inal.
“Nal, apa yang kau pikirkan di siang hari begini? Kulihat wajahmu dari kejauhan begitu murung dan malas,” tanya seorang kawan kepada Inal.
“Biasa, daganganku sepi sekali hari ini.” Jawab Inal seadanya.
“Kau ini butuh hiburan Nal. Bagaimana kau tidak terlihat suram, jarang kulihat dirimu tersenyum. Agar kau tidak bosan dan sedikit ada hiburan, sediakanlah televisi di kiosmu ini. Lumayan kan, bisa menambah suasana menyenangkan di tempat ini. Barangkali ada yang bisa mampir karena ada sedikit keramaian dari tokomu Nal.”
“Ide yang bagus sekali!” Pikir Inal. “Tapi aku tidak punya televisi,” ujarnya dengan sedih.
“Kau tenang saja, bawalah televisi di rumah. Perkara membayar, kau tidak perlu khawatir, yang penting wajah murammu itu bisa sedikit hilang.” Seperti itulah kira-kira percakapan di antara Inal dan sahabatnya.
Dengan yakin, Inal pun membawa pulang sebuah televisi pemberian kawannya itu dengan perjanjian, bahwa dirinya akan melunasi secara mencicil dari setiap hasil penjualan yang didapatkannya. Inilah awal mula perubahan baik terjadi di hidup Inal.
Beberapa waktu silam, Inal merupakan seorang kebangsaan Indonesia yang sempat berkerja sebagai tenaga kerja Indonesia di sebuah negeri yang dikenal sebagai salah satu negara komunis. Tapi, justru di negeri itulah dirinya mengenal Tuhan pertama kali. Menjadi seorang yang lahir baru, tentu tidak mudah baginya. Terlebih, penolakkan demi penolakkan dirasakan Inal justru ketika ia memutuskan untuk kembali ke Indonesia. Orang tua, sanak saudara, dan teman-teman Inal seringkali menertawakannya. ‘Katanya sudah percaya Tuhan. Mana? kok sepi-sepi aja,' begitulah cara mereka menyindir Inal. Oleh karena itu, sudah sepantasnya Inal kian hari kian murung.
Sepulangnya Inal sembari meletakkan televisi, dirinya berharap bahwa penghuni baru ini bisa menghibur dirinya di kala bosan. Di sela-sela lamunannya, Inal mengingat kembali peristiwa demi peristiwa yang bisa membuat goyah iman dan hidupnya yang baru ini. Bukan satu atau dua kali keluarganya, yang sudah terbilang meraup kesuksesan menawarkan barang ‘sesuatu’ atau ‘pegangan’ untuk melancarkan bisnis Inal. Tapi dengan tegas dan tetap pada pendiriannya, Inal mempercayakan seluruh hidupnya hanya kepada Tuhan.
‘Ada Keselamatan di dalam Dia! Jika ada di antara Anda yang merasa beban Anda terlalu berat, Anda bisa mengkonsultasikannya kepada pelayanan kami, melalui nomor di bawah ini. Ceritakan masalah Anda, dan kami siap mendengarkan Anda kapanpun, selama 24jam’
Begitulah suara salah satu program televisi yang Inal tonton di malam pertama dirinya mendapatkan televisi baru. Inal pun segera mencatat nomor tersebut dan mulai menghubunginya. Aktivitas ini dilakukan Inal setiap kali dirinya merasa sendiri, membutuhkan dukungan, atau sekedar membutuhkan pendengar dari ceritanya. Ada yang berbeda dengan isi curhat Inal di suatu malam. Rupanya Inal memohon dukungan di dalam doa untuk dipertemukan dengan pasangan yang sudah Tuhan sediakan untuknya.
“Malam Sahabat 24, saya mau cerita. Saya punya kekasih, tapi dia berbeda keyakinan dengan saya. Apa yang harus saya lakukan?” Tanya Inal melalui telepon.
“Syalom dan selamat malam saudara Inal, kamu harus berani mengambil keputusan seperti Abraham. Kami yakin, Anda mengetahui kebenarannya dan kami percaya bahwa Tuhan telah menyediakan yang terbaik untuk Anda.” Setelah didoakan secara bersama-sama, tidak membutuhkan waktu yang lama untuk Inal memutuskan pasangannya itu dan kemudian berfokus pada suara Tuhan atas hidupnya.
Memang yang namanya cinta, tidak ada yang pernah bisa menebak kapan datang dan perginya. Hanya melalui doa dan peka terhadap suara Tuhan, Inal bisa dengan cepat melupakan kekasihnya itu. Cepat pergi, namun cepat pula datangnya, seperti itu kira-kira kisah cinta Inal. Jawaban doa Inal atas pasangan hidupnya bersambut baik. Tanpa sengaja, Inal bertanya kepada temannya untuk dikenalkan pada seorang wanita yang saat ini menjadi istrinya. Bagi Inal, istrinya sangatlah bijaksana, lebih dewasa baik secara iman maupun kepribadian. Inal sangat bersyukur kepada Tuhan akan hal ini. Sejak dirinya menikah, banyak hal yang semakin diberkati oleh Tuhan. Mulai dari keteguhan imannya terhadap Tuhan hingga usaha yang juga diberkati Tuhan. Usahanya mulai ramai dan banyak diminati orang. Kini, kios milik Inal tidak sesepi kehidupan cintanya yang semula.
Cerita singkat di atas merupakan sebuah kisah yang terinspirasi dari pengalaman hidup seorang Bapak yang juga merupakan salah satu responden Sahabat 24, pelayanan konseling CBN. Jika Anda turut merasa diberkati dengan artikel ini, Anda bisa membagikannya kepada orang-orang yang Anda kasihi. Tidak hanya itu, kami juga turut mengajak Anda untuk juga menjadi berkat bagi banyak orang yang belum pernah mendengar Kabar Keselamatan di hidup mereka. Jadilah perpanjangan tangan Tuhan sebagai Mitra CBN dan daftarkan diri Anda melalui formulir di bawah artikel ini atau SMS ke 081.5965.5960 ketik JC # Nama Lengkap # Email.