“Dengan kekuatan besar, muncul tanggung jawab yang besar.” Demikian slogan populer yang disematkan dalam film Spider-Man
yang dibintangi Tobey Maguire pada tahun 2002 silam. Slogan itulah yang melekat
kuat dalam setiap film-film Spider-Man berikutnya, termasuk Spider-Man: Homecoming yang tengah menghiasi layar kaca di seluruh dunia saat ini.
Tapi ada
yang berbeda dengan Spider-Man kali ini. Sebagai film ke-16 dalam francise yang
selalu konsisten diproduksi, Spider-Man kali ini menyedot banyak sosok baru dan
cerita baru yang dikombinasikan ke dalam rangkaian cerita dan karakter lama. Syukurnya,
film Marvel kali ini sangat berbeda karena alur cerita Spider-Man kali ini berfokus pada cerita awal remaja berkostum bernama Peter Parker.
Film ini
benar-benar dikemas sebagaimana kehidupan anak remaja SMA tahun 80-an yang penuh
dengan komedi dan masalah percintaan. Tapi sisi-sisi epik ini sama sekali tidak mengurangi nilai heroik seorang Spider-Man remaja di dalam diri Peter Parker.
Melalui film
Spider-Man: Homecoming, kita bisa belajar banyak hal soal kepemimpinan yang ditunjukkan oleh tokoh utamanya diantaranya:
1. Seorang pemimpin harus punya karakter yang benar
Dalam hal
ini, kita bisa belajar dari tindakan Peter, remaja laki-laki yang memiliki kekuatan
super yang diberikan oleh laba-laba, dimana dia dengan percaya diri merasa sudah
sanggup menjadi seorang heroik dalam balutan kostum Spider-Man. Sayangnya, motivasi
dan karakter Peter yang masih labil membuat pihak Avengers, yang diwakili oleh Tony
Starks (Iron Man) harus melatihnya banyak hal sampai dia benar-benar layak menerima tanggung jawab tersebut.
Sayangnya,
Peter menolak untuk menjalani latihan yang serba dikekang dan dibatasi. Ibarat anak
kecil yang mencoba berusaha keras berlari sebelum waktu bisa berdiri dan berjalan.
Hal ini menggambarkan kepada kita soal gagasan penting kepemimpinan Kristen bahwa
kita mungkin punya kemampuan, semangat dan karunia tertentu yang diberikan Tuhan,
tapi tanpa karakter yang benar seperti kerendahan hati, kesabaran dan penguasaan diri, kita hanya akan lepas kendali dan selalu mengalami kegagalan.
Jadi,
kepemimpinan itu tidak hanya bisa soal seberapa besar kapasitas, skill, dan
kemampuan kita. Lebih daripada itu, kepemimpinan itu bicara soal karakter yang benar dari Tuhan yaitu buah roh.
2. Seorang pemimpin harus rela berkorban dan berintegritas
Sebagai seorang
calon superhero, Peter menyadari bahwa tugasnya adalah menyelamatkan orang
lain. Sama seperti slogannya, “Dengan kekuatan
besar, muncul tanggung jawab yang besar.” Peter, dalam hal ini, benar-benar menampilkan komposisinya
sebagai seorang pemimpin yang rela berkorban, berani, dan berintegritas. Dia juga
menunjukkan identitasnya sebagai sang hero yang suka menolong dan membantu orang lain, bahkan termasuk kepada musuhnya sendiri.
3. Seorang pemimpin berani menggunakan otoritasnya
Peter mungkin
memang masih belum resmi diangkat menjadi anggota Avengers sungguhan. Tapi dia menyadari
betul bahwa dia terbeban untuk melakukan tugas mulia sebagai seorang superhero
dan berkesempatan melakukan tugasnya memberantas kejahatan. Itu sebabnya, Peter
tidak menjadikan kostum Spider-Man nya hanya sebagai kostum kebanggaan yang dipamerkan
kepada teman-temannya. Dia tahu bahwa mengenakan kostum itu hanya bertujuan untuk
melakukan tugasnya sebagai seorang hero. Karakter inilah yang menunjukkan bahwa
Spider-Man remaja ini menghargai otoritas yang dia punya.
Selain itu,
kita juga mungkin menemukan adegan dimana kostum Spider-Man yang penuh dengan kekuatan
super itu diambil kembali darinya oleh Tony Stark. Tapi tahukah kamu, ada satu
kalimat yang begitu berkesan diucapkan Tony kepada Peter, bahwa kekuatan seseorang
harusnya tidak terbatas karena punya kostum superhero, sebaliknya, kekuatan itu
harusnya datang dari diri kita sendiri. Dan kalimat inilah yang membentuk seorang
Peter menjadi kuat dan percaya diri menjadi seorang superhero sungguhan. Ya, banyak
hal positif yang bisa kita petik dari film ini dan semoga kita juga bisa mengadopsinya
dalam kehidupan kita.