Sebagai orang
Afrika, Christine Mabukenya menjadi sosok yang berbeda dari keturunan Afrika lainnya
yang dikenal berkulit hitam dan berambut keriting. Pasalnya, Christine dilahirkan dengan penyakit Albino yang membuat dirinya berkulit putih dan berambut pirang.
Umumnya, mereka
para penderita Albino ini akan dijauhi dan dianiaya di Afrika, sebagaimana orang-orang
Kristen di sana. Mereka bahkan dipenggal dan makam orang albino akan dianggap najis.
Ada dua alasan
kenapa orang albino Afrika akan diperlakukan sedemikian sadisnya, yaitu pertama,
mereka percaya takhayul bahwa bagian-bagian tubuh albino yang dipenggal-penggal
memiliki ‘kekuatan magis’. Para dukun akan mendapatkan penggalan tubuh itu dan memakainya
untuk ritual. Sebab potongan tubuh albino dipercaya bisa menciptakan kekuatan ajaib untuk membawa kemakmuran bagi mereka yang menggunakannya.
Alasan kedua
justru kebalikan dari yang pertama. Orang albino seringnya dijauhi dan bahkan dibunuh
oleh orang-orang Afrika lainnya karena mereka dianggap membawa sial. Banyak warga
lokal berpegang teguh pada gagasan bahwa albinisme adalah penyakit dan mereka
yang mengalaminya sedang dikutuk Tuhan. Mereka juga percaya kalau albinisme itu menular karena itulah orang-orang seperti Christine ditolak oleh keluarga dan teman-temannya.
Tumbuh dengan
penyakit albinisme membuat Christine Nabukenya takut pergi ke sekolah. Saat dia
berumur delapan tahun, ibunya meninggal saat melahirkan. Tapi, Christine tak sendirian sebab dia mendapatkan pengharapan dalam hidupnya.
Semuanya berubah
menjadi lebih baik saat dia terlibat dalam pelayanan anak yang diadakan setiap
Sabtu. Di sana mereka dilatih untuk membaca Alkitab, menjahit dan membuat kerajinan
tangan. Melalui program inilah, dia mulai menemukan ‘kasih Tuhan’. Dia akhirnya
menemukan identitas dirinya yang sesungguhnya bahwa dia adalah anak Allah di dalam Yesus Kristus.
Saat ini Christine
berusia 14 tahun, dia pun secara luar biasa dipakai untuk mengubah hidup banyak
anak-anak lainnya yang mengalami penolakan oleh masyarakat dan bahkan keluarga mereka
sendiri. Dia ingin terlibat dalam program di mana dia dapat ‘membantu anak-anak
Afrika yang dilupakan menjadi anak-anak yang diingat di Afrika, seperti dirinya sendiri’.
Christine secara
total berubah dari seorang anak yang sangat takut dengan kondisi hidupnya
dengan memberanikan diri untuk berbagi soal albinisme dengan anak-anak lainnya.
Dia menceritakan bahwa perubahan yang dialaminya saat ini adalah karena kasih Tuhan.
Karena jika bukan karena Tuhan, dia tidak akan pernah melihat dirinya sebagai pribadi yang diciptakan indah.
Christine Nabukenya
yang dulunya menutup diri dari dunia luar dan merasa dirinya tak layak, kini adalah
seorang gadis muda yang memiliki masa depan yang indah. Dia bahkan bermimpi suatu hari nanti mengecap pendidikan kuliah, menjadi perancang busana atau penulis.
Bahan Renungan
Christine Nabukenya
yang dulu mungkin berpikir bahwa dirinya adalah kutukan, sama seperti ucapan banyak
orang terhadapnya. Tapi setelah mengenal Tuhan, paradigma itu pun berubah. Sebab
Tuhan pada dasarnya menciptakan manusia itu indah dan serupa gambarannya. Kebenaran
inilah yang mengubah Christine sebagaimana dia saat ini dan mau dipakai Tuhan menjadi
saluran berkat bagi banyak orang.
“Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku
telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah
menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi
bangsa-bangsa.” (Yeremia 1: 5)