Saat melihat penampilan Agus Sutikno, kamu pasti tak akan percaya kalau ternyata dia adalah seorang pendeta dari Gereja Pentakosta di Indonesia (GPdI). Sosok Agus kini banyak dibicarakan bukan karena tubuhnya yang dipenuhi tato sampai ke wajah atau penampilannya yang tampak seperti anak punk. Tapi pria yang akrab dipanggil Mas Agus atau Agus Tato ini sudah melakukan hal baik kepada anak-anak jalanan dan masyarakat terpinggirkan di kawasan tepian Kanal Banjir Timur Semarang.
Sumber: Vice.com
Selama 11 tahun, Agus sudah mencurahkan hidupnya di kawasan
yang dikenal sebagai sarang para kaum waria ini. Meskipun di tempat ini tidak
banyak jemaat gereja atau masyarakat umum yang mau berbaur, tapi bagi Agus tempat ini menjadi ladang pelayanannya.
Kondisi anak-anak pekerja seks komersial (PSK) yang
ditelantarkan beserta kondisi keterbatasan ekonomi masyarakat pinggiran itu
mendorong Agus untuk menjangkau orang-orang di sana. Dengan hati terbeban, dia
mengajari anak-anak TK dan SD seadanya. Sementara para kaum waria yang sudah renta dibina menjadi pribadi yang hidup dalam Tuhan.
“Ini (tempat) garapan saya. Merekalah ladang tempat saya melayani. Kalau tidak ada yang ngaruhke, kasihan masa depan anak-anak itu. Karena itu, saya mau mendampingi mereka,” ucapnya.
Sumber: Youtube.com
Dia dan istrinya merangkap jadi guru. Mereka mengajarkan mata
pelajaran mulai dari matematika, bahasa Indonesia, IPA, IPS dan kesenian. Dia
memakai sebuah gubuk tua dekat pembuangan sampah sebagai tempat mengajar. Di
sanalah anak-anak kampung yang terabaikan itu dibentuk jadi pribadi berpendidikan. Tak sedikit pula yang disekolahkan dengan uang dari kantongnya sendiri.
Meskipun anak-anak tersebut tidak semuanya beragama Kristen,
Agus tetap terbuka mengajari mereka tanpa memandang agama yang mereka anut. Dia
benar-benar menyebarkan kasih kepada semua umat lintas agama di sudut-sudut kumuh
dan terabaikan itu. “Ada anak yang minta diajari sejarah para nabi dalam Alquran, ya saya usahakan,” katanya.
Inilah yang dilakukan Agus selain melayani di gereja setiap
Minggu. Kanal Banjir Timur Semarang sudah jadi rumah ke dua baginya. Secara
rutin tiap pukul 05.00 pagi, dia selalu melakukan pelayanan doa pribadi bagi keluarga yang membutuhkan.
Agus menuturkan, pelayanan ini rela dilakukannya karena dia
juga pernah mengalami kehidupan yang begitu kelam. Sebelum bertobat, dia adalah
seorang pemabuk, pemakai narkoba, penganut ilmu hitam dan preman jalanan. Namun
karena dia merasa semua itu adalah sia-sia, akhirnya dirinya berdamai dengan
Tuhan dengan bertobat. Dia pun melanjutkan sekolah Alkitab di Magelang. Setelah lulus, Agus pun menyerahkan hidup sepenuhnya untuk melayani Tuhan.
Hanya, lantaran tampilan fisiknya yang seperti preman, Agus
pun dinilai seperti pendeta sangar. Padahal, dia mengaku benar-benar sudah mengalami
kasih Yesus dalam hidupnya. Karena itulah dia pun ingin supaya banyak orang yang mengalami hal serupa.
“Tuhan Yesus kan sudah mengasihi saya. Kenapa dengan
orang pinggiran kita jadi jaga jarak? Saya hanya ingin membaur dengan mereka.
Mendampingi mereka dalam suka dan duka,” terangnya.
Setelah mengalami pertobatan dan mengalami kasih Tuhan dalam
hidupnya, Agus merasa penting sekali untuk hidup dan berbuat sesuatu untuk
orang lain sebagai bentuk ucapan syukur atas kasih Tuhan dalam hidupnya. Jika Agus
saja yang punya masa lalu kelam bisa berbuat hal semulia itu, kenapa kita tidak
tergerak melakukan hal serupa?