Rahasia Dibalik Pertanyaan Mengejutkan Yang Pernah Yesus Ajukan
Sumber: www.lds.org

Kata Alkitab / 25 January 2017

Kalangan Sendiri

Rahasia Dibalik Pertanyaan Mengejutkan Yang Pernah Yesus Ajukan

Puji Astuti Official Writer
15177

Kita sering mengajukan pertanyaan, sederhananya ada dua jenis pertanyaan yang sering kita lontarkan satu sama lain. Tipe pertama adalah pertanyaan yang muncul karena butuh informasi. Hal ini sering kita ajukan, mulai dari menanyakan barang yang kita lupa taruh kepada pasangan atau anggota keluarga, hingga saat menjalankan tugas dan pekerjaan. 

Nah, untuk yang tipe kedua ini, pertanyaannya tidak muncul karena membutuhkan informasi, tetapi berdasarkan pewahyuan. Kamu mengajukan pertanyaan kepada orang lain tetapi kamu sudah tahu jawabannya, tetapi tetap mengajukan pertanyaan tersebut karena kamu ingin agar orang tersebut menyadari sesuatu bahwa dirinya sebenarnya mengetahui sesuatu. Dan Tuhan selalu mengajukan pertanyaan jenis ini. 

Pertanyaan yang sudah jelas jawabannya

Sebagai contoh adalah saat kejadian di Taman Eden. Setelah kejatuhan Adam dan Hawa, mereka bersembunyi. Lalu Tuhan berjalan di Taman Eden sambil bertanya, "Dimanakah engkau?" (Kejadian 3:9).

Tuhan tidak sedang mencari informasi dimana Adam dan Hawa berada, Dia adalah Allah yang Maha Tahu. Dia bertanya karena ingin mereka (dan kita juga) menyadari sesuatu tentang diri-Nya. Melalui pertanyaan itu Tuhan ingin agar kita menyadari bahwa kita adalah orang berdosa yang sedang bersembunyi dari hadirat-Nya. Dan bahwa Dia, karena kasih-Nya yang begitu besar, mencari kita untuk memulihkan hubungan dengan-Nya yang sudah rusak karena dosa itu.

Sebagai orangtua kita juga sering mengajukan pertanyaan seperti ini. Saat kita pulang dan melihat ada sebuah guci yang pecah. Kita tahu bahwa anak kita yang melakukannya, namun kita bertanya, "Siapa yang bikin pecah?" Ini bukan karena kita mencari informasi, tetapi kita ingin agar anak kita datang dan mengakui apa yang sudah dilakukannya, mengambil tanggung jawab atas perbuatannya, dan agar kita bisa mengungkapkan baik disiplin dan kasih kita kepadanya. 

Kesadaran. Bukan Informasi

Ketika sampai pada kisah perjalanan Yesus yang ditulis di Alkitab, kita menemukan Dirinya banyak mengajukan pertanyaan seperti ini. Kita akan menemukan bahwa saat Yesus mengajukan pertanyaan, Dia tidak sedang mencari informasi; Dia ingin agar yang Ia tanya menyadari sesuatu. Ada waktu-waktu tertentu dimana Yesus mengajukan pertanyaan yang mengejutkan: 

"Maukah engkau sembuh?" (Yohanes 5:6)

Seperti pertanyaan bodoh bukan, siapa yang tidak ingin sembuh? Jika kamu pelajari konteks dari pertanyaan itu, kamu akan menemukan bahwa pria yang ditanya itu sudah sakit selama 38 tahun. Itu hampir 4 dekade lamanya, dia sudah lama terbaring di dekat kolam itu, menaruh pengharapannya kepada sebuah legenda. 

Tentu saja dia ingin sembuh. Maksud saya, siapa yang tidak mau? Saya kira Yesus juga sudah tahu hal ini, namun Dia ingin agar pria itu menyadari sesuatu dengan mengajukan pertanyaan itu. Dengan pertanyaan itu, Yesus seakan berkata, "Saya tahu bahwa kamu mungkin ingin merespon dengan segera dan berkata 'ya', tetapi pikirkan baik-baik. Apakah kamu benar-benar ingin sembuh?"

Apakah jawabanmu?

Pertanyaan serupa juga masih Tuhan tanyakan hingga hari ini kepada kita. Ini bukan tentang apa yang kita butuhkan, untuk disembuhkan, pasti kita ingin. Kita butuh disembuhkan dari dosa-dosa yang kita lakukan setiap hari. Kita butuh disembuhkan dari rasa sakit karena hati yang terluka. Kita butuh disembuhkan dari cara pandang kita yang salah tentang Tuhan, tentang berbagai kepercayaan yang salah dan teladan yang salah yang sudah berpuluh-puluh tahun ada di dalam hidup kita. Tapi Tuhan tidak bertanya apa yang kita butuhkan. Dia bertanya, seperti kepada orang yang lumpuh itu, sesuatu yang kita inginkan. Kita, sama seperti pria itu terbaring dalam keadaan sakit, dan Yesus bertanya kepada kita pertanyaan yang sama: "Apakah kamu benar-benar ingin dipulihkan?"

Dan pada saat itu, kita seperti pria itu, dipaksa untuk melihat ke dalam diri kita sendiri. 

Kamu bisa terbiasa dengan banyak hal kalau itu sudah berlangsung selama 38 tahun. Faktanya, kamu bisa terbiasa kepada sesuatu dan merasa terikat dengan hal itu. Sesuatu yang membuatmu merasa nyaman. Apakah bisa menjadi lebih baik? Tentu saja bisa. Tapi setidaknya harus dimulai dari kamu tahu apa yang kamu inginkan terlebih dahulu. 

Siap untuk menanggung resikonya?

Sembuh itu bagus, tetapi sembuh juga membuat rasa tidak nyaman. Itu artinya harus melepaskan sesuatu kenyamanan kita. Itu artinya mengijinkan Tuhan sepenuhnya untuk memelihara kita. Itu artinya mempercayai Tuhan lebih dari apapun yang ada dalam hidup kita. 

Jika kamu berkata, "Aku ingin sembuh!" Itu artinya kamu siap untuk mengambil resiko. Karena itu artinya kamu siap untuk berjalan bersama Yesus ke suatu tempat yang kamu belum pernah ketahui. Sekalipun prosesnya mungkin tidak seketika seperti kisah orang yang lumpuh selama 38 tahun itu, tapi percayalah, saat kamu berkata "Saya ingin sembuh dan siap ambil resiko hidup bersama Tuhan!" Cepat atau lambat hal itu pasti kamu alami. 

Ketika Tuhan datang kepadamu dan mengajukan pertanyaan padamu, jangan buru-buru menjawabnya. Cobalah cerna dulu apa maksud pertanyaannya itu, dan cobalah lihat ke dalam dirimu, apakah kamu mengalami sebuah pewahyuan, suatu kesadaran. Jika benar, maka jawablah dengan penuh iman. 

Sumber : Crosswalk.com
Halaman :
1

Ikuti Kami