Asap kiriman Indonesia, semakin membuat masyarakat Singapura marah. Dampaknya tidak hanya pada berlaku pada kesehatan, melainkan juga mengganggu aktifitas warga di negara tetangga tersebut. Hingga saat ini, tercatat Polutan Standar Indeks (PSI) Singapura sudah mencapai angka tertinggi di tahun ini, yakni berada di level 341.
Mengungkapkan kekesalannya, Menteri Luar Negeri Singapura K Shanmugam mengatakan, “Indonesia menunjukkan ketidak-pedulian terhadap orang-orang Singapura dan warga mereka sendiri,” melansir dari Metrotvnews.com (25/9).
Menurutnya, masalah ini terjadi setiap tahun dan menjadi penyebab meningkatnya level PSI hingga diatas 300. Sehingga kondisi ini termasuk dalam polusi yang mengancam kesehatan.
Dalam laman Facebook miliknya, Shanmugam menuliskan kekesalannya terhadap pernyataan yang diungkapkan oleh level atas (pemerintah). “Kami mendengar beberapa pernyataan mengejutkan yang dibuat Indonesia, bahkan di level atas,” tulisnya.
Dia kemudian melanjutkan, “Bagaimana mungkin bagi orang-orang di level atas, dalam hal ini pemerintah, mengeluarkan pernyataan seperti itu, tanpa memperhatikan orang-orang mereka, atau kita, dan tanpa malu apa pun, atau rasa tanggung jawab?”
Meskipun begitu, Shanmugam tidak menjelaskan lebih lanjut siapa yang dimaksud olehnya. Sementara itu, Jenderal Badrodin Haiti yang mendampingi Presiden Joko Widodo saat mengunjungi lokasi kebakaran hutan, mengungkapkan bahwa pemimpin Indonesia ini tidak puas dengan penanganan kebakaran hutan di Sumatera dan Kalimantan.
“Ya tidak hanya presiden, kita juga tidak puas dengan penanganan itu (kebakaran hutan). Karenanya kita harus tingkatkan mulai dari pencegahan sampai pemadaman, termasuk penegakan hukum dan pencegahan untuk tahun-tahun yang akan datang,” jelas Badrodin.
Selain penanganan kebakaran, Badrodin juga mengatakan bahwa pihaknya akan melakukan sosialisasi terhadap masyarakat untuk segera bertindak saat menemukan titik api. Sehingga bisa ditangani lebih awal.
Hingga saat ini pemerintah Indonesia masih berupaya untuk mengatasi kebakaran di hutan Sumatera dan Kalimantan. Hal ini termasuk menyelidiki 27 perusahaan yang diduga terlibat dalam kebakaran hutan liar di Indonesia.