Mendelsohn jatuh cinta pada Gretschen, gadis cantik putri seorang direktur bank yang kaya raya. Dan rupanya cintanya tak seimbang. Ia bertepuk sebelah tangan. Sampai-sampai Mendelsohn memutuskan akan pergi sejauh mungkin dari kotanya sesudah mengucapkan selamat tinggal kepada Gretchen.
Setelah mendapat izin dari ayah sang gadis, Mendelsohn menemuinya. Ia mendapati gadis itu sedang duduk di tingkat atas, sibuk dengan pekerjaan tangannya, dan mendengarkan acuh tak acuh pada apa yang dikatakan Mendelsohn. Percakapan itu demikian dingin dan kering hingga sampailah mereka pada topik tentang pernikahan.
Dan gadis itu bertanya kepada Mendelsohn, “Apakah engkau percaya bahwa semua pernikahan telah ditentukan sebelumnya di surga?”
Mendelsohn berpikir untuk memberikan pendapatnya. Dan kemudian katanya, “Ya, tentu saja aku percaya”. Lalu dengan cepat Mendelsohn meminta izin menceritakan sesuatu yang belum pernah diketahui gadis itu.
“Gretschen yang kusayangi, dengarkanlah kisahku. Seperti juga mungkin engkau telah tahu bahwa ketika seorang anak laki-laki dilahirkan, para malaikat akan sibuk mengumumkannya agar semua mengetahuinya. Pada saat itu pula ditentukan gadis mana yang kelak menjadi isteri anak lelaki tersebut. Jadi, sejak dari surga sana, kami para lelaki sudah ditakdirkan menikah dengan perempuan tertentu dan itu tidak tergantikan”.
Suasana hening. Dan Mendelsohn meneruskan ceritanya. “Demikianlah, Gretschen. Ketika aku lahir, para malaikat pun membuat pengumuman. Dan ketika mereka akan mengumumkan siapa yang akan menjadi istriku, mereka terdiam dengan lidah kelu. Mereka terperanjat karena sadar, yang akan menjadi istriku adalah seorang gadis yang punya cacat di punggungnya. “Astaga, isteri Mendelsohn cacat,” teriak para malaikat itu.
Aku juga mendengar suara mereka. Aku juga terkejut, dan tidak rela karena merasa tak adil bagi gadis itu. Maka aku segera berteriak meminta Tuhan meralat keputusan-Nya. “Jangan Tuhan!” kataku. “Sebab seorang gadis yang cacat akan merasa tersisih dan menjadi bahan ejekan orang seumur hidup. Tolonglah Tuhan, berikan saja cacat itu kepadaku dan biarlah gadis itu Engkau bentuk secara sempurna”.
“Dan engkau boleh tahu Gretschen. Tuhan mendengar permohonanku dan aku sangat gembira. Akulah anak laki-laki tersebut dan kamulah gadis itu”.
Menurut kisah, Gretschen pun tersentuh hatinya dengan cerita itu dan ia akhirnya menjadi isteri yang setia bagi Mendelsohn.
Kisah ini memberi dua pesan moral yang benar yaitu kerelaan untuk berkorban dan kerendahan hati untuk memberi tanpa pamrih. Itulah yang ada pada Mendelsohn ketika mengiba kepada Tuhan. Permohonan itu membuat hati Tuhan tersentuh sehingga mengabulkan permintaan Mendelsohn.
Sumber : Majalah Inspirasi