Kelelawar yang Patah Sayapnya

Kata Alkitab / 24 February 2015

Kalangan Sendiri

Kelelawar yang Patah Sayapnya

daniel.tanamal Official Writer
6774
<!--[if gte mso 9]><xml> </xml><! endif]-->

Aku dan kakakku Alpen sangat menyukai binatang. Sejak masih anak-anak kami selalu memelihara anjing, bahkan kami pernah memelihara kelelawar, binatang yang tidak lazim dipelihara orang sebagaimana anjing dan kucing. Kakakku mendapatkan kelelawar itu di suatu malam dengan menggunakan ketapelnya.

Kelelawar malang yang sedang asyik menggerogoti pisang raja yang matang di pohonnya, jatuh ke tanah. Kami berlari memungutnya, lalu membawanya ke dalam rumah. Seketika hati kami iba ketika mengetahui bahwa sayapnya patah. Kami pun memutuskan untuk memeliharanya. Kami memperlakukannya dengan kasih sayang, memberinya makan, serta mengelus-elus tubuh dan kepalanya yang menyerupai tikus.

Nampaknya sayapnya yang patah tidak dapat disembuhkan, akibatnya sayap itu selalu membentang karena tidak dapat ditekuk. Suatu hari aku dan kakakku kebingungan ketika bangun pagi-pagi dan tidak menemukan kelelawar tersebut. Kami mencarinya ke mana-mana sambil memanggil-manggil namanya. Tapi usaha kami sia-sia, kami tidak menemukan kelelawar kesayangan kami. Aku mulai mencemaskannya karena sayapnya patah.

Rupanya karena sayapnya sudah mulai kuat lagi, ia coba untuk pergi ke alam bebas. Tanpa kami duga-duga, beberapa hari kemudian ia kembali lagi. Kami mengerti bahwa dengan kondisi sayapnya yang patah, ia tidak akan mungkin terbang dengan lincah dan berebut makanan dengan kawan-kawannya yang sehat. Ia kembali dengan tubuh yang lemah dan mengharapkan makanan dari suapan tangan kami.

Sebagai orang percaya, terkadang Tuhan mengizinkan kita mengalami patah sayap seperti kelelawar yang patah sayapnya. Ada rasa sakit ketika apa yang ada di hadapan mata ternyata tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan. Kita merasa sakit ketika apa yang kita bangun seolah dirombak oleh Tuhan dan impian-impian kita tidak menjadi kenyataan.

Kondisi seperti ini membuat kita sadar bahwa kita tidak dapat mengandalkan kekuatan manusia semata, kita memerlukan tangan Tuhan yang kuat. Sayap yang patah tidak dimaksudkan untuk menyiksa atau menghukum kita, tetapi sayap yang patah akan membawa kita untuk senantiasa melekat kepada Tuhan dan makan dari suapan tanganNya. Jika saat ini Anda merasa bahwa Tuhan mengizinkan sayapmu patah, jangan kecewa dan putus asa.

Ada maksud baik di balik semua yang Tuhan izinkan terjadi di dalam kehidupan anak-anakNya. Ketika Paulus sedang berkobar-kobar hatinya untuk membunuh orang Kristen, Tuhan mematahkan sayapnya di jalan menuju Damsyik dan selama tiga hari ia tidak dapat melihat. Tetapi, melalui kejadian itulah ia kemudian mengenal Yesus dan menjadi pemberita Injil yang handal. Terkadang untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik, kita harus rela menderita.

No pain no gain, tak ada penderitaan tak ada keuntungan!



<!--[if gte mso 9]><xml> Normal 0 false false false IN X-NONE X-NONE </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-priority:99; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt; mso-para-margin-top:0in; mso-para-margin-right:0in; mso-para-margin-bottom:8.0pt; mso-para-margin-left:0in; line-height:107%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri",sans-serif; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-fareast-language:EN-US;} </style> Halaman : 1

Ikuti Kami