“Ada kandungan bakteri E. coli, S aureus. Bakteri E coli bisa menimbulkan diare dan gangguan pencernaan. S. aureus bisa akibatkan bisul, jerawat, dan infeksi luka. Jamur katang dan kamir seperti Aspergillus spp dapat menyebabkan gatal-gatal hingga infeksi pada saluran kelamin,” tutur Widodo, seperti dilansir Detik.com, Rabu (4/2).
Penularan penyakit lewat pakaian bekas ini sesungguhnya akan terjadi apabila pakaian tidak dicuci bersih sebelum dipakai. Fakta ini diungkapkan oleh praktisi kesehatan Dr dr Ari Fahriari Syam, SpPD-KGEH, MMB. Ia mengatakan bahwa penyakit kulit seperti gatal bisa saja terjadi kalau pakaian bekas langsung dipakai. Baju bekas sebelum dipakai tentu harus dicuci terlebih dahulu, seperti direndam di air antiseptik atau air panas untuk membunuh virus dalam pakaian.
Selain itu, dr Ari juga mengatakan bahwa isu penyebaran virus penyebab HIV/AIDS lewat pakaian bekas tidak akan dapat ditularkan lewat pakaian. Pasalnya, penularan hanya bisa terjadi apabila terdapat kontak seperti pertukaran darah atau cairan tubuh dan hubungan seksual.
Sementara Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan, Prof. dr Tjandra Yoga Aditama SpP (K) , MARS, DTM&H, DTCE, mengatakan ada atau tidaknya bakteri di baju bekas ditentukan dari seberapa kotor baju itu. Ia bahkan menegaskan bahwa baju pakaian yang dikenakan setiap orang sehari-hari juga bisa mengandung bakteri yang harus diwaspadai. Sehingga sangat penting untuk menjaga kebersihan pakaian.
Kendati begitu, penting sekali bagi para pengguna pakaian bekas memahami penularan penyakit lewat pakaian bekas. Perlu diwaspadai bahwa pengenaan langsung pakaian bekas bisa saja menyebabkan gatal-gatal pada kulit. Sedang tangan kotor yang bersentuhan dengan pakaian bekas bisa saja menjadi sumber penyebab penyakit karena makan tanpa cuci tangan terlebih dahulu. Tak masalah dengan pemakaian pakaian bekas asal tetap memperhatikan kebersihannya.
Sumber : Detik.com/jawaban.com/ls