Anak dan Orang Tua Tunggal
Sumber: google

Parenting Superbook / 25 June 2014

Kalangan Sendiri

Anak dan Orang Tua Tunggal

Zakarias Feoh Official Writer
3351

Menurut laporan tahunan 2013 oleh tentang statistik keluarga dan anak, 65 persen anak-anak di tahun 2011 tinggal dengan sepasang orang tua yang menikah dibandingkan dengan 66 persen di tahun sebelumnya. Di tahun 1980, 77 persen anak-anak tinggal dengan orang tua yang menikah, jadi ada perbedaan 12 persen.

Mengapa kita peduli? Di Amerika Serikat di tahun 2010 ada 74,2 juta anak. Berbeda 1 persen saja ada 742.000 anak yang lahir dalam keluarga orang tua tunggal. Jadi secara persentase akan ada lebih banyak anak lahir dalam keluarga orang tua tunggal karena kecenderungannya secara umum hampir 30 persen di tahun 2011.  Pertanyaannya, apakah orang tua tunggal ini suatu pilihan atau keterpaksaan, keluarga orang tua tunggal dapat menimbulkan faktor risiko bagi anak-anak. Sementara banyak di antara kita mungkin berasal dari atau mungkin mengetahui adanya orang-orang yang berasal dari keluarga orang tua tunggal yang berhasil, bahagia dan telah beradaptasi, ada juga keluarga orang tua tunggal selalu dihubungkan dengan sejumlah masalah yang membuat hidup makin berat.

Tentu selalu ada pengaruh atau akibat secara langsung maupun tidak langsung pasti akan terjadi terutama bagi anak. Akan ada kebutuhan-kebutuhan tertentu yang tidak dapat terpenuhi, namun ada hal-hal juga yang sangat perlu dilakukan bagi orangtua tunggal di dalam mendidik putra-putrinya.

Dampak tidak langsung yang dirasakan oleh anak-anak ketika diasuh oleh orang tua tunggal adalah sbb:

Pertama,  anak-anak ini sebetulnya akan mempunyai kebutuhan tertentu yang tidak terpenuhi. Contohnya yang pergi meninggalkan mereka adalah si ibu, biasanya mereka akan kehilangan kasih sayang yang khas dari seorang ibu. Kalau misalkan yang tidak ada adalah ayah, yang akan juga terhilang dalam keluarga ialah disiplin yang khas seorang ayah.

Anak-anak yang dibesarkan dalam rumah orang tua tunggal cenderung pada masa remajanya mengekspresikan perilaku pelampiasan, "acting out behavior". Dari kata pelampiasan kita bisa menarik kesimpulan itu merupakan perilaku untuk unjuk rasa, perilaku untuk menunjukkan atau memperlihatkan kebutuhannya, di mana kebutuhan tersebut tidak terpenuhi.

Kedua, si ibu atau si ayah yang ditinggal harus berhati-hati agar tidak mendewasakan anak terlalu dini sehingga dia kehilangan masa kanak-kanaknya. Ini tidak sehat karena pada masa atau usia yang relatif muda si anak belum sanggup untuk memikirkan masalah kehidupan ini dengan begitu kompleknya. Dan belum sanggup untuk memikul kesedihan dan beban yang berat.

Kalau si anak jadi nakal karena kehilangan figur mendisiplin, maka langkah yang harus dilaksanakan oleh orang tua tunggal adalah terus-menerus memelihara keintiman, jangan sampai ini berkurang. Kedekatan dengan si anak adalah modal yang sangat berperan besar untuk mengurangi potensi konflik sewaktu anak-anak itu menginjak usia remaja.

Perhatikan Lukas 19 yaitu cerita tentang Zakeus, di sini ada kutipan perkataan Tuhan Yesus,di ayat ke 5.

Ketika Yesus sampai ke tempat itu Dia melihat ke atas dan berkata : " Zakeus segeralah turun...! sebab hari ini Aku akan menumpang di rumahmu." Zakeus seorang pemungut cukai dan disingkirkan dari kehidupan masyarakatnya, dia dianggap orang yang jahat oleh orang Yahudij saat itu. Namun Tuhan Yesus melihat hatinya yang ingin bertemu dengan-Nya, yang bisa kita petik dari pelajaran ini adalah Tuhan memperhatikan orang yang tersingkirkan dan ingin menumpang di rumah saudara pula. Jadi bagi orang-orang percaya, tidak pernah ada istilah tunggal dalam arti kata yang sebenarnya karena Tuhan Yesus pasti menggantikan peran itu.

Pada bagian lain Tuhan Yesus menyatakan,  Aku  menyertai engkau, artinya Tuhan Yesus sendiri terlibat secara langsung menyertai setiap orang tua yang menyerahkan semua pergumulan hidupnya pada Tuhan.  Jadi didalam Tuhan Yesus Kristus tidak ada istilah tunggal karena Tuhan selalu perperan didalam kehidupan orang yang percaya.   Tetapi ini juga bukan berarti menjadi alasan bagi orang tua yang kemudian selalu menyelesaikan persoalan dalam rumah tangga dengan memilih menjadi orang tua tunggal. 

 

Sumber : sabda org, berbagai sumber, zf
Halaman :
1

Ikuti Kami