Semula keluarga Ronny Patinasarani begitu harmonis. Namun ketika anak-anak mereka beranjak dewasa, ada sesuatu yang berubah....
Yerry Patinasarani (anak kedua): Pertama kali ada seorang tukang penjual minuman di sekolah saya nawarin saya obat-obatan, nipam waktu itu. Sampai kemudian saya mulai kenal ekstasi, shabu, dan yang terakhir yang menghancurkan hidup saya, putaw. Akhirnya saya juga bisa mempengaruhi kakak saya.
Benny Patinasarani (anak pertama): Pertama kali aku pakai putaw, sejak hari itu aku nggak bisa lepas lagi sama sekali.
Yerry: Akibat saya menggunakan narkoba, hubungan saya dengan papa mama tidak baik karena saya mulai berbohong, saya mulai mencuri. Situasi waktu itu sangat-sangat menyedihkan.
Keterikatan pada putaw membuat Benny dan Yerry sering mencuri barang-barang berharga dan uang yang ada dirumah mereka. Bahkan barang-barang milik tamu yang datang berkunjung pun mereka curi.
Benny: Sempat satu hari, papa mama lagi pergi, saya bikin di rumah sudah seperti open house. Jadi aku buka pintu, aku undang orang-orang.. "ayo masuk masuk silahkan.. apa ada yang mau beli atau ambil, ambil saja...". Ada yang ambil baju, alat rumah tangga, dll.. sudah sampai seperti itu.
Yerry: Saya pengen banget sembuh, cuma nggak bisa. Orang udah pikir saya nggak bisa sembuh. Keluarga, masyarakat.... Akhirnya saya berpikir mungkin kalau saya nggak ada itu lebih baik buat papa mama, tetangga, om tante. Dan saya berkeputusan mungkin lebih baik saya mati daripada saya hidup menyusahkan banyak orang. Akhirnya saya ambil keputusan waktu itu "ah, saya bunuh diri aja deh". Saya ambil satu gelas obat serangga, terus saya ambil satu kertas sama bolpen, saya tulis surat buat orang tua saya. Saya bilang sama papa mama, "Papa mama, jangan salah-salahan satu sama lain kalau Yerry meninggal". Saya tulis surat buat opa oma. "Opa oma jangan salahin papa mama karena mereka nggak bisa didik Yerry hingga berhasil dan kalau akhrinya Yerry meninggal". Besok paginya saya bangun, dan saya rasakan itu mujizat Tuhan. Saya kaget, "Lho, saya masih hidup!". Nggak ada yang tahu karena kamar saya kunci, gelas baygon masih ada, surat-surat, kertas-kertas semua, mulut saya ini bau baygon.
Kejadian itu ternyata tidak membuat Yerry sadar. Ia tetap saja terikat dengan narkoba.
Benny: Tiap hari dosis makin nambah. Setiap hari keadaan semakin nggak bertambah baik. Aku juga udah pikir, udah perkiraan. "Paling kalau terus seperti ini, paling 2-3 bulan lagi gue bakal mati overdosis".
Stella Patinasarani (ibu): Pertamanya saya tidak percaya, sebab mereka (Yerry dan Benny) badannya sehat, gemuk, dan nggak keliatan kuyu gitu..
Suatu malam, Ronny Patinasarani mendapati anaknya, Yerry, begitu kesakitan di tangga rumahnya.
Ronny: Pada saat Yerry datang ke saya, malam, dia bilang "Pa, Yerry nggak tahan lagi. Yerry pake". Saya cuma bisa kaget. "Lha, kok bisa begini ya? Kapan Yerry mulai pake?". Kalau begitu, kita ke dokter.
Disisi lain, Ronny dan istri berusaha sabar dan tenang dalam menghadapi masalah itu.
Ronny: Saya minta sama istri saya bahwa kita jangan malu. Bahwa ini bukan aib. Ini musibah. Ini masalah sampai anak-anak kita pake. Ini bukan salah anak-anak kita sebenarnya, tapi salah kita, orang tua. Setiap pagi doa saya cuma dua yang saya minta sama Tuhan. Pertama adalah kesehatan, yang kedua kesabaran. Yang paling utama adalah bahwa kita orang tua jangan sama sekali punya usaha untuk menyembuhkan anak kita. Tapi yang kita usaha adalah bagaimana anak kita mau sembuh.
Yerry: Semua teman saya nggak mau main sama saya. Saya pernah dipukulin sama-sama karena saya memang mencuri. Saya dipukulin satu angkatan, kira-kira 30 orang.
Ronny: Besoknya kita orang tua dipanggil ke Lab School. Saya sama Yerry masuk ke Lab School pas istirahat. Satu sekolah berteriak "MALING MALING!!". Saya peluk Yerry. "Yer, jangan pusing kamu. Yerry bukan maling, Yerry anak papa. Jangan ladeni!". Saya jalan sama dia.
Yerry: Itu peristiwa yang membuat saya tahu bahwa papa saya sangat mengasihi saya waktu itu. Dia rela sambil diteriakin orang "Maling!". Saya tahu itu nggak gampang buat dia. Ada satu peristiwa juga yang buat hati saya hancur. Pada suatu ketika, mama nangis dihadapan saya terus mama bilang "Apa mama perlu make juga Yer, supaya kamu berhenti?". Disitu saya tau betapa saya menyakiti hati mama saya.
Hampir setiap malam dalam keadaan lelah sepulang dari kerja, Ronny dan anak bungsunya Chita, harus mencari dan menunggu Yerry dan Benny di perempatan jalan, atau di rumah bandar sampai subuh.
Ronny: Kenapa saya bisa langsung ke tempat mereka, supaya mereka tahu bahwa saya tahu mereka. Jangan sampai anak-anak saya dibuat macam-macam. Salah satu yang saya bicara mengenai kasih, adalah bagaimana saya, berkelahi sama bandar untuk merebut kasih sayang anak saya. Ini kuncinya. Sehingga walaupun dia pergi kemana-mana, mereka akan kembali kerumah tentunya. Karena itu tadi, di rumah ada kasih. Kadang-kadang kalau malam ,jam 2 misalnya, Yerry suka bangunkan saya dalam keadaan gelisah karena tidak tahan, sakau. Saya kemudian jalan kaki sama dia, kadang-kadang, pergi beli narkoba.
Yerry: Saya tahu ini bertentangan dengan hati nurani dia. Nggak gampang buat seorang ayah, jalan kerumah bandar, membelikan narkoba. Saya tahu dia akan tentang seluruh dunia karena keputusan yang dia ambil. Tapi papa nggak pernah ragu. Saya masuk ke rumah bandar, papa tunggu diluar. Kalau kita ketangkep sama-sama, selesai sudah keluarga saya.
Ronny: Dalam hati kecil saya, itulah pertama dalam hidup saya, rasa satu pergumulan yang luar biasa. Bahwa anak yang saya sayangi ini saya kasih dia madu sekaligus saya kasih dia racun....
Kini, Yerry maupun Benny telah sumbuh total dari narkoba dan berada dalam keadaan yang sehat. Kesaksian mereka didapat langsung oleh tim solusi ketika keduanya plus adik mereka Chita, diundang tim solusi ke studio:
Host: Chita, kamu melihat kedua kakak kamu yang seharusnya menjadi teladan dan bisa melindungi adiknya yang paling kecil. Kamu lihat mereka kecanduan gitu gimana rasanya?
Chita: Lebih banyak kasihan sih, soalnya mereka kan banyak masalah. Sedih lihat mereka, kasihan. Berantem terus juga, jadi kasian. Ada sebel juga karena saya harus jadi kakak, jagain mereka.
Host: Benny, tadi Yerry bilang dia yang pertama kali nawarin kamu. Kamu kan kakak, pertama apa kamu tahu kalau barang itu bahaya dan kok kamu mau?
Benny: Sebenarnya kejadiannya begini. Sebelum dikasih sama Yerry, aku juga sempet nyoba dikasih sama teman-teman. Tapi waktu itu cuma coba-coba aja. Kejadiannya waktu itu aku lagi ada masalah, terus ketemu sama Yerry. Dan waktu itu aku pikir mungkin ini bisa ngebantu menyelesaikan masalah. Tapi ternyata itu membuat keadaan makin parah, ancur, dan nggak bisa ditolong.
Host: Jujur saja, saya nggak habis pikir, kok kesannya papa malah semakin menjerumuskan kalian kedalam narkoba? Dan Yerry, kamu tahu kalau itu nggak sesuai sama hati nurani papa. Terus kenapa kamu lanjutin make?
Yerry: Saya nggak punya pilihan. Jadi saya bingung mau kemana. Jadi papa nggak tega lihat saya. Saya tahu itu salah besar. Saya nyakitin hati papa dan saya manfaatin papa. Saya kepengen bisa lepas, malam itu saja. Cuma saya nggak tahan karena sangat sakit badan saya.
Host: Terus akhirnya yang membuat kalian lepas dari narkoba itu, apa?
Yerry: Untuk coba berhenti, sudah banyak hal yang saya coba. Saya pergi ke beberapa dokter di Jakarta, saya pernah diungsikan ke Banjarmasin, Cirebon. Jadi beberapa bulan saya disekolahi di Banjarmasin, beberapa bulan di Cirebon, beberapa bulan di Losari Tegal, saya frustasi untuk berhenti. Sampai saya kenal Tuhan secara pribadi, disitu saya mengerti bahwa Tuhan mengasihi saya, dan disitu saya melihat bahwa didalam Tuhan masih ada harapan untuk orang yang seperti saya ini. Dari situ mulai ada pemulihan-pemulihan yang terjadi didalam hidup saya.
Host: Ada pesan untuk orang lain agar mereka yang mencandu bisa juga lepas?
Yerry: Ada banyak orang berkata "one way ticket". Artinya, sekali make, ga bisa sembuh lagi. Saya mau sampaikan kepada pemirsa yang ada bahwa didalam Tuhan tetap masih ada pengharapan. Jadi tetap kita masih bisa sembuh dan tetap masih ada masa depan yang penuh harapan.
Host: Ada pesan untuk orang tua?
Benny: Kita mau berterimakasih sama mama papa yang nggak pernah nyerah dan percaya bahwa kita masih bisa sembuh.
Yeremia 17:14 Sembuhkanlah aku, ya TUHAN, maka aku akan embuh; selamatkanlah aku, maka aku akan selamat, sebab Engkaulah kepujianku!
Sumber kesaksian : Ronny Patinasarani