Sentuhan Maut Mengikat Jiwa Susy

Family / 23 March 2012

Kalangan Sendiri

Sentuhan Maut Mengikat Jiwa Susy

Lestari99 Official Writer
13214

Sentuhan pria kepada wanita tentu bisa mengandung arti yang dalam. Tapi bagi Susy Greta, hidupnya yang getir telah membuat setiap sentuhan pria tidak lagi begitu berarti. Ada hal lain yang memberinya kenikmatan maut, mengikat jiwanya dan ia tidak pernah membiarkannya pergi begitu saja.

Kisah ini bercerita tentang Susy Greta. Tahun 1970, seorang lelaki bernama Rudy menjadi gila karena kecelakaan. Istrinya yang bernama Cory memutuskan untuk kabur ke Jakarta. Ia tinggal bersama anaknya yang bernama Jeany. Seorang pemuda bernama Cecep jatuh cinta kepada Jeany, namun cinta itu tak bertahan lama.

Suatu hari, tanpa alasan yang jelas, Jeany kabur dari rumah, padahal Cory, sang ibu, telah merestui hubungan mereka. Sehingga Susy Greta, anak kedua Ibu Cory, menjadi penggantinya. Susy dijodohkan dengan Cecep. Beberapa tahun setelah Susy dan Cecep menikah, mereka mengalami kesulitan dalam perekonomian. Pekerjaan yang paling mudah dan menghasilkan uang bagi Susy adalah menjadi pramuria. Apalagi latar belakan pendidikannya yang hanya sampai kelas 3 SD tak memungkinkannya untuk mencari pekerjaan lain yang lebih baik. Yang Susy perlu lakukan hanyalah menemani tamu makan, minum dan berdansa. Dari hasil kerjanya, Susy dan Cecep bisa hidup berkecukupan.

Hanya saja Susy seringkali mendapatkan tamu yang meminta lebih. Menghindari tamu seperti itu, Susy yang mencoba menenangkan diri di luar pub malah bertemu dengan teman kerjanya yang sedang mengisap morfin. Terpengaruh bujukan teman, Susy mulai mengisap morfin. Pengaruh morfin membuatnya tidak lagi menolak keinginan para tamunya sehingga ia bisa mendapatkan uang tip yang lebih besar. Tapa disadari olehnya, ketergantungannya akan morfin mulai menjerat hidupnya. Susy mulai menukarkan barang-barang miliknya demi mendapatklan morfin. Cincin, gelang, apa saja yang dipakainya hari itu ditukar Susy dengan morfin.

Cecep sendiri bergabung di dalam kepolisian menjadi spionase mengungkap gembong narkoba. Dari salah seorang bandar narkotika yang ditangkapnya, Cecep mendapatan informasi bahwa salah satu pusat penyebaran narkotika adalah di pub tempat Susy bekerja. Cecep pun mulai mengawasi Susy secara ketat. Namun akal bulus Susy selalu mampu mengelabui Cecep.

Ketika salah seorang temannya mati mendadak di pangkuannya saat sedang mengisap morfin bersama, ketakutan pun mulai menghantui Susy. Ia akhirnya memutuskan untuk datang ke gereja. Saat itulah ia diajak terlibat dalam drama menyambut Natal yang akan jatuh bebeapa bulan lagi. Namun ketergantungannya akan morfin terus membuat Susy terpuruk. Ia tak sanggup lepas walaupun ia sangat ingin. Sampai akhirnya Cecep berhasil memergoki ulah istrinya. Kenyataan itu begitu melukai hati Cecep. Di luar sebagai anggota kepolisian ia sepertinya berhasil, namun di dalam keluarganya sendiri ia gagal membimbing keluarganya.

Dengan penuh kesabaran, Cecep yang begitu mencinta Susy terus menjaga dan berusaha membantu Susy lepas dari ketergantungannya. Cecep pun meminta Susy untuk keluar dari pekerjaannya. Susy kemudian mulai menjalani pengobatan untuk berhenti dari pekerjaannya.

“Pertama kali minum obat dokter, rasanya tidak enak sekali. Rasanya mau muntah tapi tidak bisa, eneg luar biasa,” ujar Susy. Namun Susy terus bertahan dan berjuang untuk mendapatkan kesembuhannya. Setiap kali keinginan untuk kembali menggunakan morfin begitu kuat, Susy langsung berlutut dan berdoa. Ia memohon dengan sungguh-sungguh agar dapat lepas dari ketergantungannya. Meskipun Susi tidak tahu bagaimana caranya, namun ia tahu Yesus sanggup menyembuhkannya.

Doa dan keteguhan hati itulah yang memampukan Susy bebas dari ketergantungan. Masa-masa itu bukan waktu yang singkat bagi Susy yntuk lepas dari ketergantungan morfin dan alkohol. Namun pengalaman itu tetap menjadi suatu pelajaran yang berharga bagi mereka.

“Saya berani mengatakan ia sudah pulih dan ia sangat cinta sama Tuhan. Susy bisa seperti ini karena anugerah Tuhan, bukan karena saya suaminya yang selalu mengawasi dia, mengajar dia secara keras, tapi sungguh ini merupakan pertolongan Tuhan,” ungkap Cecep.

“Karena berdoa saya bisa berhenti. Dan sampai tiba waktunya Natalan, saat itulah saya benar-benar stop total dalam menggunakan morfin. Saat itulah saya sadar bahwa Tuhan Yesus itu baik,” ujar Susy menutup kesaksiannya.

Tak cukup sampai di situ, berkat bantuan tim Solusi, Susy dapat bertemu dan berkumpul kembali dengan kakaknya Jeany. Simak kisah lengkapnya melalui video di bawah ini.

Sumber Kesaksian:
Susy Greta  
Sumber : V111223135032
Halaman :
1

Ikuti Kami