Kenapa anak suka sekali bermain games? Jawabannya sederhana, games itu memang enak dan mengasyikkan. Sebenarnya anak ingin sekali bisa ngobrol dengan orangtua, tetapi orangtua sibuk. Merea ingin sekali diskusi dan curhat dengan ayah atau ibunya. Tapi cara bicara orangtua tidak asyik bahkan cenderung menjengkelkan. Mereka butuh orangtua yang enak diajak ngobrol dan jadi teman. Beberapa remaja berkata kepada kami, “Belum dengar papa mama bicara saja, muka mereka sudah tidak enak dilihat.” Mereka mengeluhkan bicara dengan orangtua sering tidak nyambung. Dalam keadaan seperti itulah mereka melarikan diri mencari kegiatan yang asyik. Ternyata mereka temukan dalam bermain games.
Di tengah dunia yang makin mekanistik, banyak anak yang kesepian. Mereka butuh hiburan. Inilah yang dimanfaatkan produsen games. Mereka menggelontorkan ribuan hingga jutaan games. Mulai lewat PC, FB, HP, I Touch, Game Boy, PS, Nintendo, dll. Games menjadi kegiatan alternatif yang menghibur bagi anak-anak. Mereka berhasil menghibur lewat dunia maya. Karena dunia nyata makin tidak nyaman, malah kadang menyakitkan, maka sebagian anak melarikan diri ke dunia maya.
Salah satu sahabat saya, Martin Elvis pernah meneliti di kalangan remaja tentang apa yang mereka inginkan dari orangtua. Dua jawaban tertinggi adalah: Bisa jadi tempat curhat dan ada waktu untuk lebih sering ngobrol.
Jika kita tidak memberikan komunikasi yang baik pada anak-anak dengan segenap waktu, tenaga dan pikiran kita, maka hal itu bisa diambil alih oleh media audio-visual. Sesungguhnya kita sedang berlomba dengan media.
Meski games sangat disukai anak-anak, ada beberapa hal yang tidak bisa dilakukan oleh games terhadap anak kita. Hanya kita yang bisa melakukannya. Pertama, tidak dapat menyebut atau memanggil nama anak kita dengan emosi, tidak mempunyai perhatian secara pribadi, anak kita dianggap sebagai kosumer. Kitalah pribadi yang bisa memanggil namanya, memperhatikan dia, menatap matanya, dan berkomunikasi secara pribadi dengan dia. Kedua, tidak dapat memangku anak kita atau memeluk anak kita. Ketiga, tidak bisa membacakan buku cerita sebelum tidur. Keempat, games juga tidak pernah bisa mendengarkan anak kita.
Bila Anak Kadung Kecanduan Games
Bila anak kadung kecanduan games, apa yang orangtua lakukan? Kecenderungan orangtua adalah mengeluhkan anaknya. Minta supaya anaknya dikonseling, minta agar anaknya berubah, dan lain sebagainya. Ini terbalik. Sesungguhnya, orangtualah yang perlu dikonseling. Orangtualah yang harus berubah terlebih dahulu. Jangan paksakan anak berhenti main atau mengurangi games terlebih dahulu. Tidak! Tetapi sementara anak belum bisa lepas dari games, orangtualah yang mengubah diri. Beberapa saran praktis:
Tidak Ada Jalan Yang Mudah
Jika komunikasi sudah terjalin dengan baik, ngobrol sudah enak, barulah orangtua bisa menyampaikan keinginannya. Disepakati bersama apa saja kegiatan yang juga mengasyikkan buat anak. Hobi apa saja yang bisa dikembangkan dan disalurkan supaya perhatian anak tidak melulu ke games. Mendengar aspirasi dan harapan anak kepada orangtua, dan sebagainya.
Kalau sudah kecanduan, maka tidak ada jalan yang mudah dan gampang. Kadang membuat kita menangis dan berjuang kembali merebut anak-anak kita. Sebagai orangtua kitalah yang perlu dengan rendah hati berubah. Supaya dengan perubahan kita, anak-anak berubah.
Sumber : Julianto Simanjuntak, MDiv, MSi