60 Persen Umat Kristen Terusir Paksa Dari Irak

Internasional / 23 November 2010

Kalangan Sendiri

60 Persen Umat Kristen Terusir Paksa Dari Irak

daniel.tanamal Official Writer
3793

Aksi kekerasan di Irak yang tak kunjung padam sejak tahun 2003 memaksa kaum Kristen untuk hengkang, terusir dari tanah kelahirannya. Hal itu menjadi fakta yang menyedihkan sebagaimana diungkapkan satu lembaga hak asasi manusia (HAM) di Baghdad.

Seperti dikutip harian berbahasa Arab Asharq Al-Awsat, lembaga HAM Hammurabi menyatakan bahwa jumlah kaum Kristen di Irak anjlok 60 persen dari jumlah sebelum tahun 2003, yang saat itu mencapai 1,3 juta jiwa.

Jumlah warga Kristen Irak yang hengkang tahun 2009 sebanyak 10 keluarga setiap harinya. Jumlah itu meningkat hingga 20 keluarga setiap hari dalam dua bulan terakhir ini. Arus hijrah kaum Kristen Irak terbesar terjadi antara tahun 2006 dan 2008.

Pada Oktober 2008, lebih dari 10.000 kaum Kristen di kota Mosul, Irak utara, hijrah ke Suriah, Jordania, Mesir, Lebanon, dan sejumlah negara Barat, demikian data itu diungkapkan Ketua lembaga HAM Hammurabi William Warda.

Tetap Berdoa

Walau didera kesulitan dan kepedihan atas peristiwa ini namun beberapa keluarga Kristen Irak yang berada di Jordania untuk mendapatkan visa ke Amerika Serikat, Eropa, atau Australia, tetap berkumpul dan melakukan doa bersama di Gereja Ortodoks, Amman, Jordania. Minggu (21/11).

Gereja setempat di Jordania menyediakan sebuah flat khusus yang berfungsi untuk menampung para warga ataupun keluarga Kristen Irak yang terusir akibat serangan-serangan yang disinyalir sebagai bagian dari usaha untuk mengurangi jumlah umat Kristen di Timur Tengah.

Salah satu  keluarga itu adalah pasangan suami-istri Suzanne Jiliani dan suaminya Hani Daniyel, beserta putra mereka berusia satu tahun. Mereka lari ke Amman menyusul serangan ke gereja Katolik di kota Baghdad, 31 Oktober lalu, dan ditempat ini mereka berharap bisa segera bergabung dengan keluarga yang terlebih dahulu berdomisili di AS.

Peristiwa yang membuat seseorang terusir dari rumah ataupun tempat kelahirannya tentu bukanlah sebuah keadaan yang menyenangkan. Tetapi jika hal itu terjadi karena keyakinan kita kepada Sang Juruselamat, hal itu adalah sebuah berkat dan karunia karena Tuhan mengijinkan kita merasakan "salibnya" yang kudus itu.

Sumber : kompas.com/dpt
Halaman :
1

Ikuti Kami