Penundukan Diri Menaklukan Kemarahan
Sumber: canva

Kata Alkitab / 19 November 2010

Kalangan Sendiri

Penundukan Diri Menaklukan Kemarahan

Puji Astuti Official Writer
8010

Mengapa Anda marah?

“Berhentilah marah” demikian nasihat penulis kitab Mazmur 37:8. Alkitab memperingatkan kita tentang kemarahan. Dan banyak ayat di kitab Mazmur, dan khususnya Ratapan, menunjukkan cara bijak dalam menangani kemarahan. Namun sayangnya banyak orang Kristen saat ini hanya sedikit yang mengerti apa yang harus dilakukan untuk menangani kemarahannya.

Kemarahan adalah emosi yang juga diberikan oleh Tuhan. Kita merasa marah ketika keinginan kita tidak tercapai, ketika kita takut tidak bisa mendapatkan apa yang kita mau. Kemarahan itu seperti sakit kepala: itu adalah sebuah sinyal adanya sesuatu yang salah dan membutuhkan perhatian. Mungkin Anda tidak mengatakannya “tidak” kepada siapapun atau sesuatu yang sangat penting bagi Anda. Mungkin Anda merasa kelebihan bebasn dan tidak bisa mengungkapkan rasa penat Anda. Atau Anda merasa terluka dan membutuhkan perhatian.

Kita mungkin tidak dapat mengendalikan sikap kita, menjadi orang yang pasif atau sebaliknya agresif, atau mengubah kemarahan menjadi rasa bersalah. Atau kita mungkin hidup dalam kemarahan dan kebencian – mungkin kita merasa kemarahan kita melindungi kita dan memberi kita kekuatan. Tapi hidup dengan kemarahan itu seperti hidup dengan tubuh yang di gerogoti kanker (Hal tersebut merusak tubuh, jiwa dan juga hubungan kita). Hal ini akan muncul dalam sikap Anda, cara Anda berpakaian, tato, rokok, atau sesuatu yang agresif (sebagai contoh sewaktu mengemudi).

Kapan kemarahan itu dibenarkan?

Anda mungkin pernah mendengar ungkapan “kemarahan kudus” adalah sesuatu yang baik. Tetapi permasalahannya kapan kita merasa marah dan tetap merasa kudus atau benar! Dan kapan seseorang yang memarahi Anda dan merasa tetap kudus! Bagaimana kita bisa membenarkan diri dan beralasan tentang kemarahan kita!

Kapasitas untuk merasa marah adalah normal dan baik. Jadi penting bagi kita untuk belajar mendengarkan perasaan marah kita, menyampaikan kebenaran dengan kasih, dan mengampuni mereka yang menyerang kita (Efesus 4:26). Tapi jika Anda dibesarkan dalam sebuah keluarga yang penuh amarah dimana kemarahan secara verbal dengan mudah di lontarkan, maka Anda memerlukan bantuan khusus untuk menanganinya.

Dalam Mazmur 34 Daud membagikan sebuah doa yang indah yang dapat kita hafalkan. Daud juga menunjukkan bagaimana untuk tidak merasa tertekan dan mengeluh atau menjadi marah (dua sisi dari sebuah koin),  tapi malah sebaliknya menundukkan diri kepada Gembala yang Baik dan menunggu Dia Mazmur 37:1-8:

Dari Daud. Jangan marah karena orang yang berbuat jahat, jangan iri hati kepada orang yang berbuat curang;sebab mereka segera lisut seperti rumput dan layu seperti tumbuh-tumbuhan hijau.

Percayalah kepada TUHAN dan lakukanlah yang baik, diamlah di negeri dan berlakulah setia, dan bergembiralah karena TUHAN; maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu.

Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak;Ia akan memunculkan kebenaranmu seperti terang, dan hakmu seperti siang.

Berdiam dirilah di hadapan TUHAN dan nantikanlah Dia; jangan marah karena orang yang berhasil dalam hidupnya, karena orang yang melakukan tipu daya.

Berhentilah marah dan tinggalkanlah panas hati itu, jangan marah, itu hanya membawa kepada kejahatan.

Penundukan kepada Allah menghilangkan kemarahan

“TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku” (Mazmur 23:1) adalah salah doa penyerahan dan kepercayaan kepada Tuhan untuk segala penyediaannya. Atau doa yang Tuhan Yesus ajarkan, “datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga.” (Matius 6:10).

Menundukkan diri kepada Tuhan adalah menyerahkan hasil akhirnya sepenuhnya kepada Dia, mempercayai bahwa apa yang Ia telah tetapkan untuk hidup kita adalah sesuatu yang baik dan Dia telah menanggung sebuah hal buruk yang mungkin kita alami. Mari praktekkanlah penundukan diri atas keinginan kita kepada Allah pencipta langit dan bumi – belajar merasa sukacita karena tahu bahwa Allah saja sudah lebih dari cukup untuk Anda – maka bersama dengan berjalannya waktu maka kemarahan itu akan menjauh dari Anda. (By : Bill Gaultiere, Ph.D. & Kristi Gaultiere, Psy.D)

Sumber : Bill Gaultiere, Ph.D. & Kristi Gaultiere, Psy.D
Halaman :
1

Ikuti Kami