Hidup Lajang Di Tengah Dunia Berpasangan (3)

Single / 3 November 2010

Kalangan Sendiri

Hidup Lajang Di Tengah Dunia Berpasangan (3)

Lestari99 Official Writer
3817

Setelah Yeremia mengajarkan agar kita mengakui panggilan Tuhan dan percaya pada kendali Tuhan, berikut adalah cara selanjutnya untuk bertahan dan terus tinggal dalam kesendirian:

3. Memiliki Perspektif Tuhan

Memiliki perspektif Tuhan adalah kunci untuk percaya di dalam Tuhan. Sementara Yeremia bergumul dengan kehidupan dan perannya sebagai seorang nabi, dia tetap setia kepada Tuhan – bukan karena Tuhan mengurangi rasa sakit yang dialaminya atau melakukan hal lain yang signifikan dalam hidupnya, tapi karena Yeremia akhirnya menyadari bahwa penderitaan dan penghakiman atas orang-orang Yehuda hanya bersifat sementara. Sebuah catatan sarjana Alkitab mengatakan, “Sang nabi tidak melihat dunia dari sudut pandang teori politik, namun ia adalah orang yang melihat dunia dari sudut pandang Allah; ia melihat dunia melalui mata Allah”.

Pengakuan akan Tuhan dan cara-Nya ini jelas digambarkan saat Yeremia membeli tanah selama pemerintahan Babilonia tepat sebelum Yerusalem jatuh pada tahun 586 SM. Pengeluaran yang dilakukan di tengah-tengah krisis politik dan ekonomi ini mungkin mendapat kritik dan tentangan dari lawan-lawan Yeremia. Apa yang sepertinya merupakan sebuah investasi yang bodoh namun menunjukkan kepercayaan Yeremia kepada janji Tuhan bahwa suatu hari nanti keturunan Yehuda akan kembali ke tanah ini. Adegan ini diakhiri dengan doa yang tegas dari Yeremia:

Yeremia 32:17-19, Ah, Tuhan ALLAH! Sesungguhnya, Engkaulah yang telah menjadikan langit dan bumi dengan kekuatan-Mu yang besar dan dengan lengan-Mu yang terentang. Tiada suatu apa pun yang mustahil untuk-Mu! Engkaulah yang menunjukkan kasih setia-Mu kepada beribu-ribu orang dan yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya yang datang kemudian. Ya Allah yang besar dan perkasa, nama-Mu adalah TUHAN semesta alam, besar dalam rancangan-Mu dan agung dalam perbuatan-Mu; mata-Mu terbuka terhadap segala tingkah langkah anak-anak manusia dengan mengganjar setiap orang sesuai dengan tingkah langkahnya dan sesuai dengan buah perbuatannya;

Karena Yeremia memahami perbuatan ajaib yang dilakukan Tuhan di masa lalu, ia bisa yakin bahwa tidak ada masa depan yang tidak dapat diatasi oleh Tuhan. Nabi ini melihat kepada apa yang kekal daripada apa yang sementara.

Masalah utama saat berada dalam kesendirian adalah kenyataan bahwa kita telah kehilangan pandangan akan rencana Allah dalam hidup kita. Dalam masa-masa tergelap saat saya sendiri, saya justru mengalami masa-masa paling intim bersama dengan Tuhan.

Masa sulit dalam kehidupan berfungsi sebagai landasan Allah yang digunakan untuk mencetak kita menjadi segambar dengan-Nya. Paulus menulis dalam Roma 5:3-5, “Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.” Hidup sendiri di dunia ini seringkali menyakitkan. Hanya sedikit orang yang memahami hal ini lebih baik dari Nabi Yeremia. Namun, Yeremia mendapat kesempatan luar biasa untuk melayani sebagai juru bicara Tuhan, untuk menyaksikan secara langsung ketentuan Tuhan, dan hidup dalam keintiman bersama dengan Tuhan.

4. Nilai Dari Sebuah Doa

Memiliki persekutuan dengan Tuhan merupakan hal yang penting untuk mempertahankan sudut pandang Tuhan. Sang Nabi menceritakan tentang kesetiaan Allah dan tangan-Nya yang kuat dalam kehidupan orang Yahudi. Yeremia mencerminkan Allah yang kudus dan penuh kasih yang menuntut ketaatan. Doa juga berfungsi sebagai wahana kebijaksanaan dan klarifikasi dari Allah ketika kita mengambil waktu untuk mendengar. Doa Yeremia terangkum dalam Yeremia 32 yang bertuliskan Namun Engkau, ya Tuhan ALLAH, telah berfirman kepadaku: Belilah ladang itu dengan perak dan panggillah saksi-saksi! -- padahal kota itu telah diserahkan ke dalam tangan orang-orang Kasdim.” (Yeremia 32:25). Dalam upayanya mengungkapkan kebingungan atas perintah Tuhan ini, Yeremia secara jujur meminta pengertian dari Tuhan.

Kehidupan doa Nabi ini menunjukkan keintimannya dengan Tuhan. Yeremia dapat berbicara dengan bebas kepada Tuhan mengenai berbagai macam masalah. Seperti yang terlihat di atas, ia merasa bebas untuk bertanya kepada Tuhan. Dalam ayat-ayat lain, Yeremia bahkan mengekspresikan kemarahan saat ia berdoa kepada Tuhan (lihat Yer. 12:1-2; 20:7). Dalam hal ini, kitab yang juga merupakan buku nubuatan yang paling otobiografi ini, kita dapat menemukan bahwa sang penulis (Yeremia) berkomunikasi dengan Tuhan pada tingkat yang mendalam.

Doa Yeremia juga memberikan kesaksian akan keinginan Tuhan untuk berkomunikasi dengan kita. Tuhan menyatakan kepada rakyat Yehuda, Dan apabila kamu berseru dan datang untuk berdoa kepada-Ku, maka Aku akan mendengarkan kamu; apabila kamu mencari Aku, kamu akan menemukan Aku; apabila kamu menanyakan Aku dengan segenap hati, Aku akan memberi kamu menemukan Aku, demikianlah firman TUHAN, dan Aku akan memulihkan keadaanmu dan akan mengumpulkan kamu dari antara segala bangsa dan dari segala tempat ke mana kamu telah Kuceraiberaikan, demikianlah firman TUHAN, dan Aku akan mengembalikan kamu ke tempat yang dari mana Aku telah membuang kamu.” (Yer. 29:12-14). Kehendak Allah sebelum manusia jatuh ke dalam dosa adalah untuk bersekutu dengan-Nya. Kerinduan Allah begitu besar sehingga ia menyediakan sarana agar persekutuan ini dapat dipulihkan – dengan mengorbankan Anak-Nya sendiri. Melalui Alkitab, “nabi dan pemazmur mengajari kita dengan sangat tegas bahwa cara yang tepat untuk mengatasi keraguan dan protes di dalam jiwa adalah dengan membawanya langsung kepada Allah dan jangan pernah membiarkan hal itu membuat kita menjauh dari-Nya.” Ketika kesendirian mengganggu kita, kita harus mengakui perasaan kita kepada Tuhan. Tuhan akan mendekat kepada mereka yang berlari kepada-Nya (Yakobus 4:8).

5. Apresiasi Dari Seorang Teman

Yeremia mendapatkan manfaat dari kehadiran beberapa individu dalam hidupnya. Salah satunya adalah seorang budak Ethiopia yang bernama Ebed Melekh (Yer. 38:1-13). Sebagai kasim dalam pengadilan raja, Ebed Melekh mendengar bahwa Yeremia telah dilemparkan ke dalam lobang tanpa air namun berlumpur. Tanpa makanan dan minuman, sang nabi ditinggalkan, dibiarkan mati dan memaksa orang Yahudi untuk menyerah kepada kekuasaan Babilonia – sebuah tindakan yang sama saja dengan pengkhianatan. Berada dalam kesendirian, banjir emosi melanda Yeremia. Bagaimana mungkin seseorang bisa menemukan saya di lokasi yang tidak jelas ini? Adakah seseorang yang cukup peduli untuk datang dan menyelamatkan saya?

Saya meragukan jika Yeremia pernah memimpikan seorang budak Ethiopia akan menjadi seseorang yang menyelamatkan dirinya. Ebed Melekh mempertaruhkan hidupnya sendiri ketika ia menghadap Raja Zedekia dan meminta agar raja mengeluarkan Yeremia dari lobang. Ebed Melekh kemudian secara pribadi mengawasi upaya penyelamatan sang nabi, memastikan bahwa Yeremia tidak terluka dalam proses penyelamatan tersebut. Sungguh ironis bukan bagaimana seorang asing yang juga hidup sendiri, cukup peduli untuk menyelamatkan seorang nabi yang ditinggalkan!

Saya telah menemukan ketika saya sedang kesepian, dengan mudahnya saya mengabaikan orang yang telah Tuhan tempatkan dengan begitu strategis di dalam hidup saya. Memang, kehadiran seseorang tidak selalu menghapus kesepian yang kita alami. Bahkan statistik menunjukkan banyak dari mereka yang telah menikah merasakan kesepian. Tapi kita dirancang dan diciptakan sebagai makhluk sosial. Kita membutuhkan satu sama lain sebagai anggota keluarga Allah.

Untuk memiliki sahabat, seseorang harus menempatkan dirinya sendiri sebagai seorang sahabat (Amsal 18:24). Saya akui tidak semua orang dapat memahami hal ini. Yeremia harus berhadapan dengan teman yang tidak hanya salah paham terhadap dirinya namun juga berusaha untuk membunuhnya (lihat Yer. 20:2,10-11; 34:17; 38:1-4). Meskipun demikian, saya berpendapat salah satu kehendak Tuhan bagi kita adalah menyediakan orang lain dalam hidup kita. Jika tidak demikian, tentu saja saat ini Ia telah menempatkan kita di dalam keluarga-Nya atau menjadi bagian dari komunitas Kristen. Ada masa ketika Yeremia mengalami kesendirian dan sedang berjuang dengan kesendiriannya, ia mengalami persahabatan dan pengabdian.

Kesimpulan

Kehidupan Yeremia terus membuat saya takjub. Terlepas dari semua yang ia alami, Yeremia tidak pernah berhenti. Tekadnya untuk tetap taat kepada panggilannya begitu menantang. Kesendirian Yeremia dalam kehidupannya adalah untuk mendengar apa yang Tuhan katakan mengenai pemahaman akan kasih karunia-Nya (Yer. 9:24; Fil. 3:10; Yoh. 17:3). Memilih untuk hidup sendiri dan mengalami masa-masa kesepian, nabi meratap ini melanjutkan pelayanannya kepada orang-orang Yahudi.

Sumber : cbn.com
Halaman :
1

Ikuti Kami