Keluarga Bukan Ajang Smack Down

Family / 27 July 2010

Kalangan Sendiri

Keluarga Bukan Ajang Smack Down

Admin Spiritual Official Writer
16210

Aku berasal dari suku Padang. Ayahku memiliki 4 orang istri dan ibuku adalah istri keempat. Aku memiliki 15 orang saudara, dan aku adalah anak pertama dari ibuku. Aku tinggal di Pekan Baru. Hubunganku dengan ayah sangat tidak harmonis. Ayahku sangat kurang memperhatikanku, bahkan ibuku sering diperlakukan dengan semena-mena oleh ayahku. Karena itulah aku sangat menyayangi ibuku.

Kepahitan dengan figur ayah

Karena melihat perlakuan buruk yang dilakukan ayah kepada ibu, aku membuat keputusan untuk tidak akan pernah melakukan poligami karena melihat betapa tersiksanya nasib ibuku. Walaupun perlakuan ayah padaku tidak terlalu kejam, mungkin karena dari SD sampai SMP aku selalu juara kelas, tetapi perlakuannya pada adikku sangat kejam. Bahkan adikku pernah dilempar ke dalam parit karena ayahkku kesal akan kebodohannya. Hal itu semakin membuatku kepahitan dengan ayah.

Akibat kurangnya perhatian seorang ayah, sejak SMP kelas 2 aku sudah terlibat dalam pergaulan yang salah, bahkan aku juga terlibat narkoba dan suka main perempuan. Bahkan aku sering tidak pulang ke rumah jika malam minggu. Tapi setiap berada di rumah, aku selalu  menunjukkan sifat yang baik supaya keluargaku tidak curiga.

Ditinggal ayah dan ibukuku

Ketika aku menginjak kelas dua SMU, ayahku meninggal dunia. Saat itu aku merasa biasa-biasa  saja karena aku tidak terlalu dekat dengan ayah. Ketika aku tamat SMU, aku melanjutkan kuliah di Jakarta dan tinggal bersama saudaraku yang ada di sana. Tapi ketika menginjak  semester dua, ibuku meninggal  karena penyakit  darah tinggi. Saat itulah aku merasa sangat kehilangan dan sedih kehilangan ibuku. Akhirnya hidupku semakin tidak terkontrol.

Ketika liburan tingkat dua, aku dipertemukan dengan Grace, wanita yang menyentuh hatiku. Namun karena gaya hidupku yang terlalu bebas, aku dan Grace melakukan hubungan intim. Namun hubungan kami tidak disetujui oleh orang tua dari pihak Grace. Aku tidak putus asa. Aku tetap berusaha untuk menjalin hubungan dengan Grace. Akhirnya aku membawa Grace kabur dan berencana untuk kawin lari dan menetap di Jakarta.

Tapi beberapa saat kemudian, kami didatangi oleh keluarga kami masing-masing dan hubungan kami harus terputus karena semua pihak menentang hubungan kami. Aku dibawa kembali ke Medan.

Perjumpaan kembali

Setelah sebulan tidak bertemu, entah bagaimana, tiba-tiba Grace muncul di hadapanku. Saat itu kami merencanakan untuk melarikan diri lagi karena memang kami sudah tidak dapat dipisahkan. Akhirnya kami berhubungan lagi secara diam-diam. Kami kembali melakukan hubungan intim sehingga akhirnya Grace hamil. Akhirnya kami sepakat untuk melarikan diri dan berusaha untuk menjalani kehidupan kami sendiri.

Rencana hampir gagal

Sehari sebelum kami melarikan diri, tiba-tiba ayah Grace bersama temannya datang dan mengobrak-abrik kamarku. Untung waktu itu Grace sudah aku pindahkan ke kamar lain. Keesokan harinya, pagi-pagi, kami diantar temanku ke terminal dan menuju Jakarta. Aku  dan Grace sempat  bingung mengapa kepergian kami kali ini tidak dicari oleh keluarga Grace. Setibanya di Medan kami menikah dengan cara agama yang berbeda dengan agama yang kuanut dan saat itu Grace sudah hamil 5 bulan. Yang menghadiri acara pernikahan kami adalah pihak keluargaku.

Setelah menikah, kami mengontrak sebuah rumah. Grace berhenti kuliah sedangkan aku tetap melanjutkan kuliahku. Awal pernikahan kami dipenuhi penderitaan. Keadaan perekonomian kami memburuk. Bahkan aku jadi sering memukuli Grace, menyiksa dan menghajarnya. Setiap kali aku merasa cemburu, pasti Grace kuhajar habis-habisan. Akhirnya Grace merasa lelah dengan perlakuanku yang sangat kasar padanya. Sakit hati dan sakit badan sudah menjadi penderitaannya setiap waktu.  Sampai-sampai ia sering kali mencoba untuk bunuh diri.

Tahun 1996 Grace hampir minum baygon karena depresi, namun tidak jadi karena aku menahannya. Tahun 1997 ia berusaha menyilet tangannya, namun gagal juga. Tahun 1998 ia menyiapkan gantungan di jendela. Namun karena ia masih memikirkan nasib anak kami, ia tidak jadi bunuh diri. Setiap kali habis bertengkar Sam, anak kami, selalu menghibur Grace.

Akhirnya Grace mulai menyerahkan seluruh masalahnya kepada Tuhan. Ia juga banyak belajar tentang pemulihan gambar diri. Grace mulai berdoa meminta Tuhan mencabut akar kepahitan dalam dirinya. Ia terus memohon perlindungan dan kekuatan dari Tuhan agar dapat tegar menghadapi segala kehidupannya. 

Sejak saat itu Tuhan mulai membuka jalan bagi kehidupanku. Aku mulai diajak ke gereja oleh temannya dan lewat Firman-Firman yang dibawakan, sedikit demi sedikit karakterku yang keras mulai diubahkan.

Aku mulai membuka hati ke Tuhan

Desember tahun 2005, ketika istriku menghadiri sebuah KKR, topik pembicaraannya  mengenai ‘Hati Bapa'. Saat itu istriku langsung teringat kepadaku. Dia ingin aku dipulihkan. Akhirnya kami pergi bersama-sama ke sebuah gereja lokal. Saat ditantang altar call, aku maju ke depan. Saat itu juga hatiku dijamah oleh kuasa Tuhan. Aku menyadari dosa-dosaku dan merasa tersentuh oleh jamahan Roh Kudus. Sejak saat itu aku mengambil komitmen untuk benar-benar merubah karakterku dan hidup dengan benar di dalam Tuhan. Aku juga mulai mengikuti PSK dan beberapa komsel. Aku merasakan kalau kehidupanku sudah mulai ada perubahan walaupun belum pulih seutuhnya.

Pemulihan yang seutuhnya

Maret 2006, pada sebuah acara retreat, aku diperlihatkan Tuhan wajah mertuaku. Saat itu Tuhan benar-benar menjamah hatiku untuk melepaskan pengampunan kepada mertuaku. Aku merasakan hadirat Tuhan yang begitu nyata dan akupun menangis. Aku teringat akan perbuatanku yang menyakiti istri dan anakku. Akupun langsung meminta pengampunan dari Tuhan. Dan saat itu juga aku sepenuhnya menerima Tuhan  sebagai Juru Selamat dan Pemimpin dalam hidupku. Saat session bersaksi, aku  maju ke depan dan menceritakan apa yang baru kualami. Aku merasa sangat lega. Aku merasakan sukacita yang begitu luar biasa. Aku menceritakan semua hal-hal ajaib yang Tuhan kerjakan dan sejak saat itu aku dipulihkan seutuhnya. Aku dapat membina rumah tangga yang harmonis dan hubunganku dengan anak istriku dipulihkan seutuhnya.

Pemulihan keluargaku juga berdampak pada pemulihan perekonomian keluarga kami. Seluruh hutang kami dibayar lunas secara ajaib oleh Tuhan. Bahkan kami bisa membeli rumah di sebuah kawasan perumahan yang cukup besar di daerah Lippo Cikarang. Aku yakin ini semua tidak terlepas dari mukjizat yang Tuhan kerjakan dalam hidupku. Terima kasih Tuhan untuk semua yang terbaik dan luar biasa yang Kau kerjakan dalam hidupku. (Kisah ini telah ditayangkan 27 Juli 2010 dalam acara Solusi Life di O'Channel).

Sumber Kesaksian :
Syahril Sabarus
Sumber : V090202134304
Halaman :
1

Ikuti Kami