Memilih Pasangan Hidup Dengan Cinta Saja?

Single / 23 April 2009

Kalangan Sendiri

Memilih Pasangan Hidup Dengan Cinta Saja?

Tammy Official Writer
10170
Dalam kehidupan kita sebagai orang muda, terdapat satu hal yang tidak terelakkan. Jatuh cinta. Hal ini adalah hal yang bisa membuat kita merasa senang, sedih, semangat, putus asa, kecewa, dan berbagai hal yang lain. Dunia kita yang tadinya tenang dan damai, tiba-tiba saja bergoncang dan tidak akan pernah sama lagi karena kehadirannya. Tidak bertemu sesaat saja, rasanya sudah seperti ribuan tahun menunggu. Bila teringat dirinya, rasanya terasa sesak. Ribuan rasa terasa memenuhi rongga dada. Itulah cinta.

Sungguh mengherankan bukan, satu kejadian ini saja bisa menjungkir-balikkan isi dunia kita. Akan tetapi sesungguhnya hal ini sudah dicatat dalam waktu yang lampau oleh Raja Salomo dalam Kidung Agung 8:6b,".... karena cinta kuat seperti maut....." Ya itulah cinta.. yang membuat seorang Ibu rela menahan sakit karena harus melahirkan anak yang telah dikandungnya selama 9 bulan dengan bersusah payah, yang membuat seorang ayah bekerja mati-matian untuk menghidupi keluarganya, dan yang membuat seseorang rela melakukan banyak hal yang begitu luar biasa untuk seseorang yang dikasihinya. Semua atas nama cinta.

Pasangan SepadanMencintai berarti mengharapkan yang terbaik untuk orang yang dicintai. Bisa mencintai adalah suatu anugerah yang besar, karena tidak sedikit orang yang telah kehilangan kemampuan untuk mencintai. Mencintai berarti membuka diri untuk terluka. Terdapat resiko besar untuk terluka saat kita mencintai. Saat kita mencintai, hati kita begitu rentan karena kita memberi suatu akses pada orang yang kita cintai untuk melukainya. Akan tetapi, jangan pernah menyerah untuk mencintai. Saat hati kita masih bisa merasa (apapun rasa itu), berarti kita masih hidup dan hidup yang penuh warna terlebih bernilai daripada hidup yang hanya satu warna dan hampa.

Karena begitu besarnya resiko yang harus ditempuh saat kita mencintai, marilah kita bijaksana. Memang cinta dapat timbul sewaktu-waktu tanpa dapat dicegah. Tetapi membiarkan cinta tumbuh atau membunuhnya saat cinta itu masih dangkal, itu adalah suatu keputusan. Semoga kita memilih orang yang tepat saat kita membiarkan cinta itu tumbuh. Pertanyaannya adalah, siapakah orang yang tepat tersebut? Alkitab setidaknya mencatat ada satu hal mendasar yang dapat menjadi pedoman kita dalam memilih siapakah kiranya orang yang tepat untuk kita biarkan menjadi ladang penyemaian cinta kita: Roma 12:2, "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna." Hal yang ingin saya garis bawahi di sini adalah mulai dari kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna." Dari sana timbullah pertanyaan lain, apa yang baik? Apa yang berkenan kepada Allah? Apa yang sempurna di mata Allah? Mari kita kupas satu persatu.

1. Apa yang baik? Hal ini dapat kita lihat pada 2 Korintus 6:14, "Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?" Di sini artinya adalah hendaklah kita berpasangan dengan orang yang seiman. Permasalahan iman adalah permasalahan pribadi yang tidak dapat dipaksakan. Masalah iman adalah masalah hak asasi manusia. Akan tetapi cinta yang mengarah pada kehidupan pernikahan adalah suatu bentuk persatuan Roh, dan bukan semata persatuan daging. Pernikahan dilandasi oleh cinta namun tidak cukup hanya cinta, terutama sangat dibutuhkan peran pihak ketiga, yaitu Kristus. Sebuah kapal dengan dua nahkoda akan sulit sekali untuk berlayar.

2. Apa yang berkenan kepada Allah? Hal ini dapat dilihat pada Kejadian 2: 18, "Tuhan Allah berfirman: Tidak baik kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia." Pertanyaan berikutnya adalah seperti apakah penolong yang sepadan itu? Sepadan dalam Alkitab dianalogikan sebagai kuk pada 2 ekor sapi yang digunakan untuk membajak lahan. Bila kuk tersebut tidak sama berat, maka akan timbul berat sebelah yang akhirnya tidak akan memungkinkan untuk 2 ekor sapi tersebut untuk maju secara bersamaan untuk membajak lahan tersebut. Bila dikembalikan pada konteks pasangan hidup, pasangan hidup yang sepadan adalah pasangan hidup yang memungkinkan untuk bersama2 menjalani hidup dengan sebaik mungkin. Pertanyaan berikutnya adalah: bagaimana ukuran kesepadanan itu?

Pasangan SepadanKesepadanan dapat dilihat dari:
a. Kapasitas rohani (seberapa banyak pasangan dan diri kita telah mengalami Tuhan dalam hidupnya).
b. Wawasan/pola pikir yang akan sangat dipengaruhi latar belakang, pendidikan, pengalaman, dan kehidupannya.
c. Memiliki misi dan visi yang diarahkan kepada Tuhan.
d. Memiliki kedewasaan psikologis untuk berkomitmen.
Pasangan yang sepadan adalah pasangan yang memiliki empat dimensi tersebut dengan kadar yang kurang lebih sama (tidak terlalu jauh). Ingat prinsip kuk: bila salah satu terlalu berat dan satu terlalu ringan, maka sapi tidak bisa berjalan beriringan.

3. Setelah berjalan beriringan, pertanyaannya apakah kehendak Tuhan yang sempurna? Hal ini dapat dilihat dalam Matius 11:29-30, "Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan." Penekanannya adalah pada kata pikullah kuk dan ringan. Pasangan yang sempurna adalah yang telah memenuhi kehendak Tuhan yang baik dan yang berkenan, dan yang dapat membuat menjadi ringan saat menunaikan tujuan Allah bagi kita (memikul kuk).

Lalu selain tiga hal tersebut, apa ciri-ciri dia pasangan hidup yang tepat:
1. Bersamanya kita mengalami damai sejahtera.
2. Kita semakin maju dalam pekerjaan, pelayanan, dan kehidupan sosial kita.
3. Kita semakin dekat dengan Tuhan.

Permasalahannya adalah: apakah kita sudah menjadi orang yang dapat memenuhi 3 kehendak Allah tersebut? Kalau belum, maka kejarlah itu dahulu!

Jadi, selamat mencintai! Selamat jatuh cinta! Selamat memilih pasangan hidup yang tepat!

By: Santi

Sumber : Archaengela
Halaman :
1

Ikuti Kami