Did I Marry The Right Person?

Single / 11 December 2008

Kalangan Sendiri

Did I Marry The Right Person?

agnes.faith Official Writer
5413

Dalam sebuah seminar rumah tangga, seseorang audience tiba-tiba melontarkan pertanyaan yang sangat lumrah, "Bagaimana saya tahu kalau saya menikah dengan orang yang tepat?" Saya melihat ada seorang lelaki bertubuh besar duduk di sebelahnya jadi saya menjawab "Ya.. tergantung. Apakah pria disebelah Anda itu suami Anda?"

Dengan sangat serius dia balik bertanya "Bagaimana Anda tahu?!" "Biarkan saya jawab pertanyaan yang sangat membebani ini."

Inilah jawabannya...

Setiap ikatan memiliki siklus. Pada saat-saat awal sebuah hubungan, Anda merasakan jatuh cinta dengan pasangan Anda. Telepon darinya selalu ditunggu-tunggu, begitu merindukan belaian sayangnya, dan begitu menyukai perubahan sikap-sikapnya yang bersemangat begitu menyenangkan. Jatuh cinta kepada pasangan bukanlah hal yang sulit. Jatuh cinta merupakan hal yang sangat alami dan pengalaman yang begitu spontan. Tidak perlu berbuat apapun.. Makanya dikatakan "jatuh" cinta.

Orang yang sedang kasmaran kadang mengatakan "aku mabuk cinta". Bayangkan ekspresi tersebut! Seakan-akan Anda sedang berdiri tanpa melakukan apapun lalu tiba-tiba sesuatu datang dan terjadi begitu saja pada anda. Jatuh cinta itu mudah. Sesuatu yang pasif dan spontan. Tapi setelah beberapa tahun perkawinan, gempita cinta itu pun akan pudar. Perubahan ini merupakan siklus alamiah dan terjadi pada semua ikatan. Perlahan tapi pasti. Telpon darinya menjadi hal yang merepotkan, belaiannya nggak selalu diharapkan dan sikap-sikapnya yang besemangat bukannya jadi hal yang manis tapi malah nambahin penat yang ada.

Gejala-gejala pada tahapan ini bervariasi pada masing-masing individu. Namun bila Anda memikirkan tentang rumah tangga Anda, Anda akan mendapati perbedaaan yang dramatis antara tahap awal ikatan, pada saat Anda jatuh cinta, dengan kepenatan-kepenatan bahkan kemarahan pada tahapan-tahapan selanjutnya.

Dan pada situasi inilah pertanyaan "Did I marry the right person?" mulai muncul, baik dari Anda atau dari pasangan Anda, atau dari keduanya.

Dan ketika Anda maupun pasangan Anda mencoba merefleksikan eforia cinta yang pernah terjadi, Anda mungkin mulai berhasrat menyelami eforia-eforia cinta itu dengan orang lain. Dan ketika pernikahan itu akhirnya kandas. Masing-masing sibuk menyalahkan pasangannya atas ketidakbahagiaan itu dan mencari pelampiasan di luar. Berbagai macam cara, bentuk dan ukuran untuk pelampiasan ini, mengingkari kesetiaan merupakan hal yang paling jelas. Sebagian orang memilih untuk menyibukan diri dengan pekerjaannya, hobinya, pertemanannya, nonton TV hingga merasa bosan, ataupun hal-hal yang menyolok lainnya.

Tapi tahu tidak? Bahwa jawaban atas dilema ini tidak ada di luar, justru jawaban ini hanya ada di dalam pernikahan itu sendiri. Mencari pelarian? Silahkan. Anda bisa! Bisa saja ataupun boleh saja Anda mencari pelarian. Mungkin pada saat itu Anda akan merasa lebih baik. Tapi itu bersifat temporer, karena setelah beberapa tahun Anda akan mengalami kondisi yang sama (seperti sebelumnya pada perkawinan Anda).

Kunci sukses penikahan bukanlah menemukan orang yang tepat, namun bagaimana belajar mencintai orang yang Anda temukan dan terus menerus.

Cinta bukanlah hal yang pasif ataupun pengalaman yang spontan. Cinta tidak akan pernah begitu saja terjadi. Kita tidak akan bisa menemukan cinta yang selamanya, tapi kita harus mengusahakannya dari hari ke hari.

Benar juga ungkapan "diperbudak cinta" Karena cinta itu butuh waktu, usaha, dan energi. Dan yang paling penting, cinta itu butuh sikap bijak. Kita harus tahu benar apa yang harus dilakukan agar rumah tangga berjalan dengan baik. Jangan membuat kesalahan untuk hal yang satu ini. Cinta bukanlah misteri.


Ada beberapa hal spesifik yang bisa dilakukan (dengan ataupun tanpa pasangan anda) agar rumah tangga berjalan lancar. Sama halnya dengan hukum alam pada ilmu físika (seperti gaya Gravitasi), dalam suatu ikatan rumah tangga juga ada hukumnya. Sama halnya dengan diet yang tepat dan olahraga yang benar dapat membuat tubuh kita lebih kuat. Beberapa kebiasaan dalam hubungan rumah tangga juga dapat membuat rumah tangga itu lebih kuat. Ini merupakan reaksi sebab akibat. Jika kita tahu dan mau menerapkan hukum-hukum  tersebut, tentulah kita bisa "membuat" cinta bukan "jatuh". Karena cinta dalam pernikahan sesungguhnya merupakan sebuah keputusan, dan bukan cuma perasaan.

" Kita ada di dunia bukan untuk mencari seseorang yang sempurna untuk dicintai tetapi untuk belajar mencintai orang yang tidak sempurna dengan cara yang sempurna ".

Sumber : berbagai sumber
Halaman :
1

Ikuti Kami