Membantu Anak Menghadapi Teman yang Nakal

Parenting / 10 December 2008

Kalangan Sendiri

Membantu Anak Menghadapi Teman yang Nakal

agnes.faith Official Writer
3966

Saat melihat si kecil menangis gara-gara perbuatan temannya, tentu Anda selaku orangtua tak tega melihatnya. Alih-alih memberikan solusi, Anda malah mengatakan pada si anak agar membalas tindakan temannya. Eit, nanti dulu. Membalas tidak akan menyelesaikan masalah, dan malah menimbulkan problema baru. Jadi, lebih baik ajar si kecil memecahkan sendiri masalah dengan cara yang bijak.

Indri Savitri, MPsi, manajer LPT (Lembaga Psikologi Terapan) UI, dalam berteman anak belajar mengenal berbagai karakter teman bermainnya. Bukannya tak mungkin, bila balita Anda akhirnya bertemu dengan teman yang seringkali berperilaku kurang baik, misalnya suka memukul, memaki, menjahili teman yang lain, mendorong, dan lain-lain. Bisa saja yang menjadi korban adalah anak kesayangan Anda.

Lantas, bagaimana Anda menyiapkan si kecil agar siap dan percaya diri menghadapi kelakuan teman bermainnya itu? Yuk, simak tip bijak berikut ini:

Ajar anak berani menegur

Pada usia balita yang perlu diperhatikan adalah kemampuan anak mengembangkan verbalisasi terhadap kebutuhan. Misalnya, anak mengadu bahwa temannya suka merebut mainan. Ajarkan padanya agar ia berani mengungkapkan apa yang dia butuhkan.

Anda bisa mengatakan, "Bilang sama teman kamu, ini mainanku. Kamu jangan ambil, kita main sama-sama saja." Dengan begitu, anak diajak mengembangkan kemampuan berpikirnya untuk menentukan respons yang tepat.

Lain waktu, ia didorong oleh temannya dan menangis mengadu pada Anda. Katakan padanya, "Kalau lain kali didorong, jangan menangis. Tapi bilang sama teman kamu 'aku nggak suka didorong, kalau kamu dorong aku lagi aku nggak mau berteman dengan kamu." Dengan begitu, teman yang mendorong akan tahu bahwa perilakunya tidak diterima oleh kelompoknya.

Libatkan orang dewasa

Yang paling penting, hindari anak untuk membalas perbuatan temannya secara fisik, misalnya dipukul balas memukul. Atau, membalas dengan cara menyerang secara verbal, seperti dimaki balas memaki. Dikhawatirkan, bila ini terjadi, anak akan belajar menyelesaikan masalah dengan cara kekerasan.

Anak yang menjadi korban perlu membela diri, tapi lakukan dengan cara yang tepat. Anda dapat mengajarkannya kata-kata seperti "Hentikan!", "Jangan!", "Ini milikku!", "Tidak!" dan "Pergilah!" sebagai alternatif memukul. Sehingga, saat temannya merebut mainan yang sedang ia mainkan, ia dapat mengatakan, "Jangan, ini milikku!", bukan malah memukulnya.

Jika perbuatan teman si kecil sudah sangat keterlaluan, Anda bisa mengajarkannya untuk melibatkan orang di sekitar yang memiliki pengaruh dalam mengatasi perilaku negatif si teman, misalnya guru, ibu si anak, dan lain-lain. Ajarkan si kecil untuk mengatakan, "Kalau kamu pukul aku lagi, aku akan bilang sama ibu guru."

Atau, jika pada saat itu ia melihat ibu temannya ada di dekat kejadian, tak ada salahnya memberitahukan perbuatan si anak. "Tante, tadi Dodi dorong aku keras sekali, aku sampai jatuh." Dengan begitu, si ibu mendapatkan informasi tentang perilaku kurang baik anaknya. Si ibu pun bisa melakukan cross check dengan anaknya dan akhirnya memberi nasihat mana yang baik dan yang benar.

Kenalkan berbagai karakter

Tak ada orangtua yang ingin anaknya salah berteman. Tapi, menentukan mana teman yang layak dan tidak untuk si anak, bukan tindakan bijaksana. Justru dengan si kecil mengenal berbagai karakter orang, wawasan anak akan menjadi kaya.

Karena itu, beri si kecil bekal tentang karakter manusia, misalnya ada yang baik hati, suka menolong, suka mencuri, pembohong, dan lain-lain. Yang perlu dilakukan orangtua ialah mengajari anak bagaimana bersikap terhadap masing-masing karakter. Ini akan membantunya dalam beradaptasi. Dengan demikian, si kecil punya bekal dalam menghadapi berbagai karakter temannya.

Awasi anak bermain

Selalu dampingi saat si kecil bermain bersama teman-temannya, tapi Anda tak harus selalu berada di dekatnya. Yang penting, Anda dapat dengan mudah mengawasinya.

Bila Anda menggunakan jasa pengasuh atau baby sitter, tekankan padanya agar ia mengawasi anak Anda dengan seksama. Jika si kecil mengadu pada Anda perihal teman bermainnya setibanya di rumah, Anda bisa melakukan cek silang dengan pengasuhnya. Hal ini mempermudah Anda menentukan siapa yang benar dan yang salah.

Bersikap responsif

Jadilah orangtua yang peka dan tanggap terhadap kebutuhan anak. Selalu luangkan waktu untuk berkomunikasi dua arah dengan si kecil. Jika Anda terbiasa berkomunikasi dengannya tentang apa saja sejak dini, maka anak Anda akan terbiasa untuk mengekspresikan kebutuhannya.

Jadilah orangtua yang responsif. Tanyakan pada anak hal-hal yang ringan. Misalnya, "Mama lihat kamu senang sekali hari ini, ada apa?" atau, "Kamu kok diam saja, apa ada yang mengganggu?". Dengan begitu, anak akan merasa nyaman dan dihargai. Ia akan terbiasa mengungkapkan perasaannya. Kebiasaan ini akan terbawa pada saat anak bergabung dalam kelompok bermain. Ketika suatu saat ia diganggu temannya, ia akan cukup percaya diri untuk mengungkapkan perasaan dan kebutuhannya secara jujur.

Beri contoh yang baik

Anak belajar dengan mencontoh. Bila Anda melarangnya untuk tidak memukul sebagai balasan perilaku yang kurang baik dari teman bermainnya, konsistenlah dengan perkataan Anda.

Jika Anda melarangnya memukul, tapi Anda malah memukul tangannya saat melarang sesuatu, maka Anda tak membantu ia melihat apa yang seharusnya ia ketahui dari suatu kebiasaan. Dengan Anda memukulnya, ia belajar bahwa memukul merupakan satu cara agar orang lain mematuhi perintahnya atau memenuhi keinginannya. Berilah contoh yang baik pada anak Anda setiap hari.

Sumber : okezone.com
Halaman :
1

Ikuti Kami