Pendekar Jalanan Menjamin Masa Depan Anak Jalanan

Entrepreneurship / 2 April 2008

Kalangan Sendiri

Pendekar Jalanan Menjamin Masa Depan Anak Jalanan

Fifi Official Writer
5196
Suatu waktu di sebuah sudut kota Jakarta. Seorang ayah memukuli anak perempuannya dibarengi makian. Sekujur tubuh si anak memar kebiruan. Pangkal persoalannya si anak menolak perintah ayahnya untuk mengemis di jalanan. Tidak mampu lari dan melawan, si anak yang harusnya tengah bersekolah itu membalas dengan makian yang tidak kurang keras. Melihat kejadian itu, rasa iba Milchior (39) tergugah. Dihampirinya anak kecil tersebut dengan pelukan hangat menenangkan hati. Tapi apa yang terjadi? Ludah dan hardikan yang tidak kalah garang diterimanya.

Apa yang dirasakan si anak tidak berbeda jauh dengan pengalaman Milchior sewaktu kecil. Pada usia delapan tahun ia sudah mengenyam hidup di jalanan. Berbagai kasus kriminil akhirnya mendera dan membawanya keluar-masuk penjara. Hidupnya nyaris berakhir tragis. Kesal oleh kelakuannya, masa mengeroyok dan berniat membakarnya. Saat itulah ia teringat kepada Tuhan. Entah kenapa, massa yang sudah menyulut api perlahan mundur dan membubarkan diri.

Meski kemudian dipenjara, kali ini ia menemukan sesuatu yang berbeda. Ia mulai memahami kehendak Allah akan hidupnya. Penjara pun menjadi tempat pertobatan yang sempurna. Pengalaman pahit di atas membuat pria asal Palembang ini terbeban membahagiakan anak-anak. Ia ingin jalan kelamnya tidak terulang pada mereka. Pengalaman itu juga yang menyimpulkan Milchior pentingnya sosok bapak bagi anak jalanan. "Saya melihat kebutuhan mereka akan sosok bapak. Tempat mereka memperoleh sumber kabar baik," ujarnya.

Oasis Di Padang Gurun

Pelayanan kepada anak-anak jalanan dilakoni alumnus STT LETS ini sejak tahun 1999. Memulainya tidak mudah. Apalagi bertepatan dengan krisis moneter yang tengah membadai.Pelayanan ini membutuhkan visi dan fokus kerja yang optimal. Juga kesetiaan dan loyalitas pada panggilan hidup. Karena berjuta kendala selalu menghadang.

Yang kerap memusingkan Milchior adalah lokasi penampungan. Sudah berulang kali ia berhadapan dengan masalah ini. Begitu bangunan siap digunakan, penggusuran harus dialaminya. "Dengan kondisi tersebut banyak teman sepelayanan yang mundur. Begitu juga dengan anak-anak yang jadi perhatian mereka. Kalau sudah begini kami harus mulai dari nol lagi," katanya.

Belajar dari pengalaman, bapak dua anak ini membangun rumah singgah dengan tiga ring. Ring pertama di Grogol, Jakarta, sebagai penampungan awal. Ring kedua di Cengkareng, Banten. Tempat ini dikhususkan bagi anak jalanan yang ingin mengubah jalan hidupnya. Ring terakhir di Daan Mogot, Jakarta, yang merupakan penampungan dengan fokus pendidikan dan pelatihan ketrampilan. Kepada mereka dikenalkan dunia pendidikan. Mereka dilatih ketrampilan khusus. Ketrampilan tersebut diselaraskan dengan talenta yang dimiliki. Yang paling berat dalam proses tersebut adalah mengubah pola pikir mereka. Terutama dalam hal uang. Karena itu Milchior senantiasa mendampingi mereka hingga pola pikirnya mulai berubah.

Puasa Bersama

Untuk mencukupi semua kebutuhan rumah singgahnya, Milchior hanya mengandalkan donasi dari dermawan. Bila tidak ada dermawan yang peduli ia siap-siap berpuasa. Dalam situasi itu, ia selalu membesarkan hati anak-anak didiknya. "Bila Tuhan ingin kita makan hari ini, Tuhan akan sediakan. Kalau memang tidak ada berarti Tuhan ingin kita puasa bersama," jelas pengerja Abbalove Ministry wilayah Jakarta Barat ini. Milchior berharap anak-anak binaannya dapat menggapai masa depannya. Mereka tidak akan lupa bahwa hal itu berkat investasi orang lain.

"Jadi sudah menjadi kewajiban mereka untuk membantu anak-anak jalanan lainnya," kata Milchior.Milchior mengakui apa yang dilakukannya belum berarti banyak. Tapi, bagi dirinya, kepercayaan Tuhan ke-padanya untuk melayani anak jalanan, merupakan kehormatan yang tidak bisa diukur dengan apa pun.

Sumber : bahana
Halaman :
1

Ikuti Kami