The Power Of Hope 2

Kata Alkitab / 7 November 2007

Kalangan Sendiri

The Power Of Hope 2

Admin Spiritual Official Writer
9145

Saya pernah membaca sebuah penelitian yang mengatakan seseorang dapat bertahan hidup selama empat puluh hari tanpa makan, empat hari tanpa minum, empat menit tanpa udara namun hanya empat detik tanpa harapan. Begitu orang kehilangan harapan, ia cenderung berpikir segalanya telah berakhir sehingga ia pun memutuskan untuk bunuh diri. Angka empat detik barangkali diambil dari lamanya waktu yang dibutuhkan untuk meloncat dari sebuah gedung tinggi hingga sampai ke tanah. Berikut ini ada beberapa tips yang ingin saya bagikan agar di masa sulit kita mampu senantiasa menggenggam kuat harapan dalam hati kita.

1. Sadarilah bahwa kita tidak mungkin selalu berada dalam keadaan yang sama setiap hari.

Tidak ada satu pun manusia yang pernah hidup di muka bumi ini yang selalu berada dalam keadaan yang sama (entah sedih atau bahagia, sakit atau sehat, tertawa atau menangis) setiap hari atau 365 hari dalam satu tahun. Kadang kita di atas, kadang kita di bawah. Persis seperti ban mobil yang selalu berputar. Pada saat di atas hendaklah kita tidak sombong atau tinggi hati. Pada saat di bawah hendaklah kita sadar bahwa ini hanya sementara.

Memang bisa saja seseorang menderita penyakit tertentu selama bertahun-tahun namun ada aspek lain yang membuatnya merasakan hal yang berbeda dari hari ke hari. Ya, seperti saya saat ini. Sudah beberapa bulan ada kista di hidung kanan saya. Saya memang sakit namun saya tidak menderita. Ironisnya, banyak orang yang sebetulnya tidak sakit namun menderita.

Konon, seorang pimpinan rumah sakit jiwa pernah berkata bahwa ia dapat saja memulangkan separuh dari seluruh pasien di rumah sakit tersebut jika saja pasien-pasien tersebut dapat diyakinkan bahwa pengampunan itu ada. Katanya, sebagian dari pasien rumah sakit jiwa menjadi sakit karena pengalaman masa lalu yang begitu pahit sehingga ia seringkali sulit atau tidak mampu mengampuni orang yang telah menyakitinya. Ia juga sulit untuk bisa mengampuni dirinya sendiri. Terkadang saya berpikir, Tuhan saja mau dan bisa mengampuni kita, mengapa kita sering sulit untuk menumbuhkan kemauan mengampuni orang lain dan yang terpenting mengampuni diri kita sendiri? Memang ini butuh proses. Kita memang sering tidak mampu untuk mengampuni namun satu hal yang saya tahu, Tuhan tidak pernah mempertanyakan kemampuan kita. Yang ia perlukan adalah kemauan kita. Ketika kita mau, Tuhan akan memampukan kita. Lagi-lagi saya tegaskan, ini perlu proses. Tidak semudah mengedipkan mata.

Pernahkah Anda melihat uang yang hanya satu sisi dan berlaku sebagai alat pembayaran yang sah? Tentu tidak! Kehidupan pun begitu. Kadang kita sehat, kadang kita sakit. Kadang kita tertawa, kadang kita menangis. Jadi ini pun akan berlalu! Semua yang ada di dunia ini sifatnya tidak kekal alias hanya sementara saja.

King Solomon pernah berkata, "Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apa pun di bawah langit ada waktunya. Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk meninggal, ada waktu untuk menanam, ada waktu untuk mencabut yang ditanam; ada waktu untuk membunuh, ada waktu untuk menyembuhkan; ada waktu untuk merombak, ada waktu untuk membangun; ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa; ada waktu untuk meratap; ada waktu untuk menari; ada waktu untuk membuang batu, ada waktu untuk mengumpulkan batu; ada waktu untuk memeluk, ada waktu untuk menahan diri dari memeluk; ada waktu untuk mencari, ada waktu untuk membiarkan rugi; ada waktu untuk menyimpan, ada waktu untuk membuang; ada waktu untuk merobek, ada waktu untuk menjahit; ada waktu untuk berdiam diri, ada waktu untuk berbicara; ada waktu untuk mengasihi, ada waktu untuk membenci; ada waktu untuk perang, ada waktu untuk damai. Tuhan membuat segala sesuatu indah pada waktunya tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Tuhan dari awal sampai akhir."

2. Bersyukurlah senantiasa.

Biasanya kita hanya bersyukur jika apa yang kita kehendaki terjadi atau impian kita terwujud. Namun bagaimana halnya jika semua berjalan tidak sesuai dengan harapan kita? Di tengah ujian-ujian yang sedang kami hadapi saat ini, kami tetap bisa mensyukuri banyak hal yang kami alami. Misalnya kami masih hidup padahal hari ini pasti ada orang yang baru saja menghembuskan napas terakhirnya atau sedang dikuburkan. Kami bisa makan minum dengan cukup. Kami bisa menyekolahkan belasan anak tidak mampu. Kami memiliki rumah yang meski sederhana (tipe 45) namun sungguh memberikan ketentraman hati.

Saya kemudian teringat penderitaan saudara-saudara kita yang harus mengungsi karena bencana, entah gunung yang akan meletus atau mereka yang rumahnya tenggelam ditelan lumpur Lapindo di Sidoarjo sana. Kasihan! Semoga tangan kasih Tuhan senantiasa memelihara mereka dan menyentuh hati pihak-pihak yang seharusnya bertanggung jawab untuk secara lebih serius lagi mencarikan solusinya.

Saya pribadi meski masih mengalami sesak napas tetap bersyukur karena masih bisa menghirup udara gratis dan tidak perlu memakai alat bantu pernapasan. Teringat saat Priscilla di kamar operasi dan Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Harapan Kita, Jakarta, kami harus menyewa alat bantu pernapasan untuknya dengan harga lebih dari satu juta rupiah untuk satu hari dan kami juga harus membayar per liter oksigen yang dihirupnya. Dan ada satu hal lagi yang sungguh-sungguh membuat saya dan istri bersukacita dan bersyukur. Saat artikel ini ditulis, istri saya sedang hamil 13 minggu.

Kami juga bersyukur karena Priscilla tumbuh menjadi anak yang sehat dan luar biasa cerdas. Saat ini, usia Priscilla 22 bulan dan berat badanya sekitar 8 kilogram. Dia terlihat mungil dan sangat cantik. Seorang sahabat yang sudah seperti saudara yang memiliki sebuah lembaga pendidikan untuk anak-anak mengatakan kalau Priscilla jenius. "Ia sangat cepat belajar sesuatu!" katanya. Tuhan sungguh baik. God is good all the time. All the time God is good. (bersambung...)

Halaman :
1

Ikuti Kami